Sabtu, 06 Desember 2008

COLUMBINE HIGH SCHOOL MASSACRE (Part 1)


Walaupun bodi udah soak, tapi saya susah yang namanya meninggalkan sifat perfeksionis saya. Atau bahasa kerennya yang penuh idealisme. You know what, ketika hari Rabu, 26 November 2008 UTS berakhir, saya harus ‘meliburkan diri’ selama 4 hari sampai Minggu, 30 November 2008. Nah, selama 4 hari tsb (walaupun tidak terlalu memforsir diri) saya kembali berkutat dgn tugas2 kuliah yang tertunda pengerjaannya selama UTS berlangsung. Saya memiliki target ingin menyelesaikan paper Sosiologi saya yang bertemakan masalah sosial. Karena idealisme itulah, saya nyaris mengganti judul dan terseok-seok dalam pengerjaannya walau akhirnya semangat idealisme saya mengalahkan rasa malas yang mendera. Walaupun cuma makalah yang tebalnya minimal 10 halaman, tapi saya tidak ingin asal2an membuatnya. Dalam studi kasus kecil2an a la saya, saya membutuhkan 5 hari untuk benar2 memahami inti persoalan dari tema paper saya. Dan selama 5 hari itu pula saya berkutat dengan laptop Acer saya yang setia menjadi sarana pengerjaannya. Walhasil dari 10 halaman minimal yang ditetapkan dosen, berkat semangat idealisme tsb paper saya melar jadi 30 halaman! Bukan apa2, saya tidak berusaha berlebih2an untuk show off, pamer2 gitu. Tapi saya sangat terlibat secara personal dengan kasus yang dibahas dalam paper saya. Kasusnya adalah mengenai tragedi penembakan di SMA Columbine yang terjadi pada 20 April 1999. Dalam paper, saya turut menyertakan banyak foto dan gambar sebagai ilustrasi sebagai pelengkap. Untungnya dosen setuju ketika saya sudah ancang2 untuk minta izin sebelumnya, jadi saya merasa lebih leluasa dalam proses pengerjaannya. Dan kalau ditiadakan, malah papernya akan terasa hambar ketika dibaca dan tidak ‘menjiwai’ kasusnya.

Well, alasan saya memilih Tragedi Columbine tsb sebagai kasus untuk diteliti dalam paper saya adalah suatu kebetulan. Saya lupa kapan persisnya, tapi kira2 sebulan sebelumnya pada suatu siang sepulang kuliah ketika saya menonton Metro TV, saya menonton tayangan tragedi tsb. Hanya sekilas memang, but somehow, saya terus terngiang2 akan hal tsb. Tragedi tsb begitu terpatri dalm pikiran saya. Sebenarnya seminggu setelah menonton tayangan tsb saya mulai iseng mencarinya di internet. Memang masih belum serius, tapi semakin meyakinkan saya untuk menjadikannya sebagai bahan paper saya. Apalagi setelah saya ngeh bahwa tanggal peristiwa tsb bertepatan dgn ulang tahun saya. Sungguh ironis, ketika saya sedang berbahagia di hari ulang tahun (saat itu saya baru menginjak 9 tahun, belum cukup aware dan paham dgn situasi yg sedang berlangsung di dunia), tetapi di belahan dunia lain, apalagi tragedi tsb terjadi di Amerika yg notabene negara maju dalam segala hal, sedang terjadi moment berkabung nasional. Banyak nyawa yang melayang dan terluka parah dalam peristiwa tersebut. Banyak orang tua, teman, sahabat, saudara yang kehilangan. Apalagi ketika saya mulai menyeriusinya dengan mengunduh beberapa video di Youtube.com sebagai pelengkap studi kasus. Yang membuat saya semakin amazed adalah ketika dalam beberapa video tsb terdapat bukti asli peristiwa berupa rekaman CCTV kafetaria sekolah dan rekaman suara percakapan telepon saksi mata yang selamat dengan operator 911 dan sudah cukup menggambarkan kengerian yang terjadi pada saya. Ditambah lagi dengan foto2 dari FBI files yang semakin menguatkan kekacauan dan kerusakan yang ditimbulkan peristiwa tsb. God’s heaven…saya tak bisa membayangkan apa jadinya jika saya jadi salah satu korban peristiwa tsb. Sungguh kejadian yang hingga saat ini pun masih dipertanyakan banyak orang, karena pelakunya masih begitu muda dan memiliki citra sebagi anak baik2 di lingkungan rumah maupun di sekolahnya, yaitu Columbine High School. Ya, pelakunya tak lain adalah kedua siswa dari sekolah itu sendiri. Oleh sebab itulah, saya tertarik untuk menggali apa yang jadi motif mereka dan latar belakang kehidupannya. Dan tergolong pada masalah sosial jenis apakah perbuatan mereka tsb. Dan yang terpenting adalah solusi dari peristiwa tsb.

Sebagai ilustrasi pengantar sebelum membaca tulisan lengkap saya, ada baiknya mengklik link di bawah ini terlebih dahulu untuk menonton beberapa videonya:

1 komentar:

Anonim mengatakan...

well, mungkin gw belom ngebaca banyak soal tragedi ntu... tapi.... dari sedikit yg gw baca tu, gaada yg ngejelasin alasan sebenarnya mereka ngelakuin pembantaian... well, like, they said it was becouse of bullying, or... ap y nmny... mmmm.... pengucilan oleh tmn-temannya, malah disebutin karena pengaruh video game, tapi seperti apa sih bullyingnya? gimana bentuk pengucilannya? dan video game..? oh come on... gue juga suka video game pembunuhan, tapi gue nngak suka ngebunuh beneran. hmmm... gw bakal tank you banget d klo u mw ngejawab. thanks before.

double_decker_girl@yahoo.co.id