Wew....finally saya bisa sedikit menyelami hikmah mengapa Allah memberi saya sakit terhitung mulai Sabtu, 1 November - Jum'at, 7 November 2008. Allah asked me to slow down, mengingat aktivitas saya seabrek. I've reached the maximum point ofSudah berapa kali saya diwanti2 oleh orang2 rumah. Tapi saya tetap jadi nenek2 pikun. Waktu makan sering dirapel. Bukan brunch (breakfast-lunch; sarapan ditarik sekaligus ke waktu mkn siang)lagi, tapi kadang saya lupa sampai hari akan berganti! Masya Allah, kalau ingat saat2 gila itu saya jadi nyesel sendiri. Artinya saya menjadi hamba Allah yang tidak tahu mensyukuri nikmat sehat yg telah diberikanNya. Waktu tidur yg seharusnya 6 jam tercukupi, kadang hanya saya penuhi 2-4 jam saja. Kalau dirata2 mungkin dalam seminggu saya hanya tidur cukup pada hari Sabtu&Minggu alias pas weekend aja.
Awalnya pada Jum'at, 31 Oktober 2008, selepas kuliah saya dan Luse (tmn sekelas di fakultas) udah ngidam berat pengen makan mie ayam Wonosobo yg emang terkenal bgt dari zaman saya SMA, yg berlokasi di Jl.Pengadilan (depan sekolahan Regina Pacis). WAahh...begitu mie sudah terhidang di depan mata, saya dan Luse tancap menyerbu dan dalam hitungan menit mangkuk sudah tandas! Yang jadi ciri khas dari mie tsb adalah bumbunya yg bening dan kental ditambah sayur kangkung, truz pangsitnya itu lho...lembut2 seger gitu, trus sambil diseruput kuahnya yg kaya akan rempah2. wew.....itu yg bikin kangen!! Setelah itu saya menyempatkan diri untuk ke Rengganis; melakukan sedikit treatment pada rambut yg sudah kucel n awut2an bgt, sudah 4 bulan saya siksa helai demi helai yg jadi mahkota bagi kaum wanita. Hanya creambath n sedikit merapihkan model rambut; nothing special siihhh...cuma bagian dari relaksasi aja. Tapi esok sabtunya, pagi2 sekitar pukul 06.00 saya sudah mendapat 'panggilan alam'. Awalnya terasa normal, tapi selang 2 jam kemudian perut saya kembali mulas dan tekstur faecesnya pun sudah dirasa tidak normal lagi. Tapi saya masih cuek karena mengira mungkin masih dlm konteks 'masuk angin' yg biasa disimpulkan sebagian besar orang Indonesia. Begitu selang 2 jam berikutnya hal tsb terjadi kembali, saya sudah memastikan something wrong happen to me. Saya langsung meminum 2 butir Diapet dan banyak minum air putih. ternyata selang 2 jam berikutnya masih saja harus ke belakang! Siklus tsb terus berlangsung selama 8x dalam sehari dan saya telah menghabiskan satu strip Neo Entrostop (12 tablet, tapi sisa 2) karena Diapet dirasa tidak mempan. Hari itu saya benar2 lemas, bahkan mungkin dehidrasi parah. Keesokannya frekuensi BAB mulai berkurang menjadi 5x dlm sehari. Tapi bukannya mendingan, saya merasa perut saya dipenuhi suara2 yg bergemuruh. Akhirnya eyang yg tidak tahan melihat saya meringis kesakitan seharian menyarankan saya untuk stop konsumsi nasi untuk sementara dan mengalihkannya ke bubur or nasi tim. Beliau curiga maag saya juga kena imbasnya. Pokoknya makanan saya harus lembut, netral (tidak mengandung pedas,asam,dsb), juga saya harus mengonsumsi telur asin. Ini didasari kepercayaan (?) orangtua dulu kalau telur asin dapat menyembuhkan sakit perut. Well, yang namanya udah dying kaya gitu, yg tadinya saya sangsi sama jenis2 takhayul or hal2 berbau klenik begituan yg blum terbukti secara ilmiah, jadi pasrah; nrimo aja apa2 yg dijejali ke dalam perut. Termasuk dikerok oleh tante (padahal saya paling anti dikerok kalau bukan sudah urgent bgt,lagipula geli,hiiiiyyy!), terus mengolesi bagian punggung dan perut dgn minyak kayu putih, dll. Huff, selama seminggu saya menjalani rutinitas membosankan dgn kelelahan mental krn sakit yg tak kunjung sembuh. Saharian saya hanya bisa berbaring, duduk dgn memegangi perut sembari sesekali meringis krn rasanya sangat tak keruan. 3x sehari mkn hanya bubur+kecap/kuah sop/kuah soto+telur asin, kalaupun mau nyemil, yg available hanyalah biskuit Marie Regal yg telah dihancurkan dengan air hangat sebelumnya. Rasanya sungguh ganjil. Saya yg biasanya sangat dinamis dalam beraktivitas mendadak jadi statis, waktupun serasa terhenti, karena saya tidak bisa mengerjakan apapun. Boro2 berpikir, yg dirasakan tiap menit adalah rasa rasa melilit yg tak kunjung hilang. Ditambah saya sedang menstruasi pula, huh, tambah mulas saja perut ini!
Pada Rabu, 5 November 2008, saya diantar tante dan om ke klinik 24 jam. Disitu saya bercerita detail mengenai keluhan2 yg saya alami pada dokter yg sedang bertugas. Saya didiagnosis maag dan nyeri haid saja. Oleh karena itu saya diberi 2 macam obat maag, sirup&tablet, plus tablet untuk pereda nyeri haid. Sebenarnya saya sudah diminta untuk datang kembali jika obatnya tidak cocok atau alergi, tapi saya lebih memilih mencari second opinion dari dokter lain. Keesokan harinya saya yg sudah terkapar lemah diberi oralit oleh eyang dan satu tablet kecil Imodium 2 mg dan pada sore harinya oleh tante saya diantar ke dokter yg lain. Oleh dokter tsb saya mendapat diagnosis baru, infeksi usus. Infeksi tsb disebabkan oleh diare yg berkepanjangan dan juga kadar asam lambung yg tinggi. Sebenarnya diagnosis ini sudah saya dapat sebelumnya dari teman Tante Cici yg dokter di UNDP, tapi ketika itu saya sedang menunggu hasil pemeriksaan faeces saya di lab. Saya tergerak untuk mencari second opinion tsb selain krn tdk kunjung sembuh, dokter pertama obatnya tak cocok, juga hasil lab menunjukkan faeces saya negatif dari kontaminasi apapun sehingga saya mulai memikirkan diagnosis dokter UNDP tsb. Akhirnya oleh dokter kedua saya diberi resep obat maag kunyah (Polycrol), antibiotik (Chloramex 500 mg) dan Biodial 630 mg sbg penghenti diare. Alhamdulillah...walaupun hingga skrg saya blm 100% pulih, but at least saya bisa kembali beraktivitas dgn nyaman, dgn eksepsi obatnya diminum secara teratur (terutama obat maag supaya lambung saya siap ketika menjelang waktu makan dan antibiotiknya harus dihabiskan). Tentunya saya juga harus memperhatikan pola makan krn hal tsb sgt berhubungan dgn pengonsumsian obat. Sayapun belum berani jajan yg macam2 (setelah tahu saya sakit mungkin dikarenakan makan mie Wonosobo, Luse jadi merasa bersalah pada saya krn dia yg mencekoki saya sambal; walaupun saya hanya menambahkan sebanyak 1 sendok teh!), paling hanya membawa amunisi Marie Regal, air mineral botol dan minyak kayu putih dalam tas. Apalagi tgl 17 November saya akan memulai Ujian Tengah Semester dan merupakan moment penting. Saya harus sehat dan fit.
Sempat ada penyesalan karena saya melewatkan banyak event penting krn sakit dan harus menghadapi UTS, di antaranya:
1. Maperca PERMAHI. sebel banget, padahal saya sudah melunasi baya pendaftaran. Akhirnya saya donasikan saja biaya tsb bagi yg memerlukan. Mana saya dibikin ngiler oleh teman2 yg berhasil menghadiri acara tsb.
2. Batizado&Troca da Corda Grupo Quizumba di Bandung. Beuh..padahal kesempatan kan traveling ke Bandung! tapi apa mau dikata, event ini bentrok sama jadwal UTS,ditambah saya baru sembuh sakit pula. -_-
3. Gathering di Pantai Pasir Putih Situbondo bareng anak2 Vadiar se-Indonesia. Aaaaaaarrrggghhhhh................ini juga! Tampaknya memang belum rejeki saya utk traveling dalam waktu dekat ini.
Klo udah begini saya jadi inget kata2 Sufy dlm pernyataannya di salah satu chat kami "Sleamat datang di hegemoni mahasiswa" dgn segala kemajemukannya, kepadatan aktivitasnya, dsb. Inilah resiko yg harus saya siap terima menjadi seorang mahasiswa.
Ah, biarin deh. Yg penting sekarang saya sudah sehat kembali (walaupun banyak yg bilang masih terlihat pucat) dan masih banyak hal yg harus dikerjakan dan menunggu utk diselesaikan.
SEMANGAT! AXE!!
P.S:
- Dita n Sufy: huff, lagi2 gak bisa nyamperin kalian guys. Hope to catch y'all later! (Dit, nitip kalung berimbau dong klo ada...)
- Kak Irfan, Kak Rully n Kak Stevie, saya bnr2 sakit Kak....maybe next year yaa...yg penting dibolehin ikut serial diskusinya yg saya yakin menark2 bgt!
- Keluarga besar Vadiar Indonesia, esp.Surabaya. Guys....hope to see u soon (next year in our special moment ^_^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar