Jumat, 24 Oktober 2008

Roundtable Diskusi Pembentukan Pengadilan Tipikor di Daerah

Pada Kamis, 23 Oktober 2008 saya dan my new best friend, Syska, mengikuti naluri jiwa petualangan kami yg mendidih*halah* dgn melakukan sbuah spontanitas : menghadiri roundtable diskusi Pembentukan Pengadilan Tipikor di Daerah dgn Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) sebagai pihak penyelenggara. Acaranya berlangsung dari pukul 10.00-12.00 WIB bertempat di Hotel Manhattan Jl. Dr. Satrio, Casablanca, Jakarta, lantai 10. Sebenarnya pada hari itu lebih banyak cerita konyolnya daripada cerita seriusnya karena namanya juga spontanitas.

Sebenarnya pada malam sebelumnya ketika saya menerima SMS dari Pak Mihradi (dosen antropologi budaya yg gaul abis,hehehe) sekaligus undangan untuk mengikuti acara tsb, saya senang sekaligus hopeless gak bisa hadir krn infonya dadakan, so saya gak sempat mengajak teman. Lagipula klo sendiri, saya gak tahu bagaimana cara menuju tempatnya. I am, indeed, a lucky bastard. tapi gak lucu bgt klo julukan itu truz dimanfaatin tanpa mengimbanginya dgn pemikiran yg matang. tapi emang yaahhh...namanya julukan udah terlanjur melekat dan sepertinya menjadi pembawaan dari seseorang, keesokan harinya disela menunggu perkuliahan Manajemen, saya iseng memberitahukan Syska perihal undangan tsb, dan tak disangka doi semangat bgt utk pergi! Bagi saya sih yg penting doi tahu jalan menuju tempatnya, maka gak masalah deh harus 'bolos' kuliah Sosiologi demi mengikuti diskusi penting yg jarang2 diadakan dan kita diundang khusus pula!

Spontanitas itu dimulai dari saya n Syska lari2 muterin lt.1 fakultas nyari dosen Sosiologi utk minta izin, tapi gak ktemu. Akhirnya setelah susah payah merayu staf TU n sempet dicuekin, kami berhasil mendapatkan nomor ponsel dosen Sosiologi yg giliran mengajar hari itu, yaitu Pak Suhermanto. Menggunakan ponsel Syska saya didaulat untuk bicara dgn Pak Toto (sapaan akrab pak Suhermanto), alhamdulillah bgt beliau mengizinkan krn saya memberikan alasan yg rasional dan jelas. PAda saat itu jam telah menunjukkan pukul 09.30. Oh God....saya dan Syska kembali berlari2 berpacu dgn waktu menuju terminal bus yg kebetulan lumayan dekat dari kampus. Rutenya: dari terminal Baranang Siang kami naik bus jurusan Bogor-UKI. Sekitar pukul 10.00 bus baru berangkat dan tiba di UKI pukul 10.45. Selanjutnya disambung dgn menaiki metromini no.46 dari UKI dan turun di perempatan Kuningan. Tadinya dari perempatan Kuningan kami harus menyambung skali lagi menaiki kopaja no.66, tapi berhubung waktu gak memungkinkan karena sudah pukul 11.15 (artinya kami sudah terlambat 1,5 jam!), akhirnya Syska berinisiatif untuk menyewa ojek untuk mempersingkat perjalanan. Kebetulan juga soalnya lagi jam mkn siang jd jalanan di Jkt lagi crowded2nya. Akhirnya setelah sdikit fly krn ojeknya ngebut, kami tiba di Hotel Manhatan dgn rambut awut2an, pakaian plus muka yg lusuh pula! Kembali berlari2 menuju lift dan langsung tancap ke lt.10.

Sesampainya di lt.10, kami ke meja registrasi tapi ternyata mejanya kosong. wew...untung saja kami bertemu seorang wartawan yg sedang keluar ruangan, jadi ketika dia masuk kembali kami mengendap-endap mengikutinya dan berhasil mendapat tempat duduk dkt dgn panelis, hehehe.... The lucky sidenya adalah, walaupun ternyata pada saat itu waktu menunjukkan pukul 11.30 yg artinya diskusi akan segera berakhir dan kami ketinggalan jauh....kami mendapat brosur, fact sheet dan buku mengenai materi diskusi. Walhasil ketika panelis sedang berbicara, kami cuma bisa manggut2 aja sok ngerti sambil membolak-balikan brosur dan fact sheet itu! huahahahaa...... Lebih gilanya lagi, ternyata seusai diskusi kami diundang lunch bersama KRHN (soalnya kebetulan beberapa anggota KRHN merupakn alumnus UNPAK) di coffee shop lt.3.Wartawan2 yg jadi peserta diskusi sejak awal kami memasuki ruangan sudah memelototi kami dari atas sampai bawah, terlebih lagi ketika mereka melihat kami di coffee shop, wuuiiiihhhhh...keliatan bgt tampang jealousnya. Mungkin yg ada di benak mereka: " Ini mahasiswa dua udah datengnya paling telat, gak ngikutin diskusi n kerjanya manggut2 aja, udah gitu dapet makan gratis pula n paling duluan makannya lagi! " Hihihihihi....saya n Syska sadar kami bukan tamu yg diharapkan oleh para wartawan yg sejak awal diskusi udah concern bgt sama materinya dan udah pada dandan necis (karena bertempat di 5 star hotel), sementara kami datang tepat 30 menit sebelum acara berakhir (udah kaya tamu penting yg sok sibuk gitu kali ya) dgn dandanan lusuh karena berjibaku dgn kemacetan dan kami datang atas dasar spontanitas, tanpa persiapan. . Once a lucky bastard, will be always a lucky bastard. heheehehehe... *peace*

Saya n Syska sangat menikmati moment lunch itu soalnya kapan lagi gitu...makan di hotel 5 star dgn standar makanan yg luar biasa...puas2in deh tuh! Sebodo amat deh soal pandangan2 iri yg mengerubungi kami, hehehhe. .

Inti dari diskusinya melihat dari fact sheet dan brosur yg saya dapat, bahwa pembentukan pengadilan tipikor di daerah itu sangat penting, apalagi dgn merajalelanya kasus korupsi pada saat ini, karena melalui pengadilan tipikor kita dapat melihat beberapa hal yg positif, diantaranya:
1. Menjamin Proses Lebih terbuka
2. Memberikan rasa keadilan dalam pemberantasan Korupsi

Berdasarkan jajak pendapat Kompas, 19 Februari 2007, ekspektasi dan dukungan masyarakat terhadap pembentukan Pengadilan Tipikor sangatlah besar, karena masyarakat percaya bahwa melalui Pengadilan Tipikor dapat tercipta proses peradilan yg fair, cepat, transparan, dan membawa kepastian hukum. Pembentukan pengadian tsb juga bertujuan untuk menghindari adanya dualisme penanganan yang dapat berakibat pada perlakukan diskriminatif terhadap terdakwa tindak pidana korupsi. Mengingat saat perkara korupsi ditangani oleh dua institusi yang berbeda, yaitu Penuntut Umum yang dibawah Kejaksaan dan Penuntut Umum dibawah KPK, maka untuk menghindari pertanyaan apakah pengadilan korupsi ini hanya akan mengadili perkara yang penuntutannya dilakukan oleh salah satu institusi atau tidak, maka perlu dipertegas bahwa kewenangan Pengadilan Tipikor ini adalah untuk memeriksa, mengadili, dan memutus seluruh perkara tindak pidana korupsi baik yang penuntutannya dilakukan oleh penuntut umum Kejaksaan maupun KPK. Bahayanya nih...kalau tidak segera dibentuk, maka dampak yg terjadi adalah :

1. Pengadilan Tipikor akan bubar dan korupsi akan akan diperiksa lewat Pengadilan Umum.
2. Pengungkapan kasus-kasus korupsi oleh KPK akan menjadi sia-sia karena Pengadilan Umum belum menunjukkan performance yang baik, yang dapat menjamin proses dilakukan secara transparan, akuntabel dan memberikan rasa keadilan.
3. Agenda pemberantasan korupsi menjadi tidak efektif dan mengalami kemunduran.
4. Agenda pembangunan makin terhambat dan hak-hak masyarakat akan semakin terabaikan.
5. Kian terpuruk dalam kubangan persoalan korupsi dan semakin sulit untuk melepaskan diri dari stigma negara korupsi.

*Mohon maaf klo info yg saya berikan kurang jelas atau kurang lengkap, maklumlah....telat bgt gtu loh datengnya, sgtu jg udah sukur bisa nangkep sdikit2 ttg apa yg didiskusikan. Bagi yg ingin menambahkan atau memperbaikinya, boleh kok..*

Seusai lunch, Syska mengajak saya untuk main ke kantor kakaknya yg berada di kawasan Kuningan, di menara 89 tepatnya. Kami menunggu di Dunkin Donuts dan lagi2 ditraktir! tapi karena sama2 sudah merasa kekenyangan, akhirnya kami dipesankan minuman saja sembari mengobrol hangat dengan kakaknya. Pulanglah kami dari sana mengunakan kopaja no.20, turun tepat di stasiun Gondangdia dan naik kereta ekonomi sampai Bogor. Syska nampaknya agak kaget karena jika naik kereta ekonomi harus berdiri sungguh lama, karena kereta baru sepi ketika sudah berhenti di stasiun Depok Baru/Depok Lama. Dan itu artinya kita baru bisa duduk hingga di perhentian terkahir, yaitu stasiun Bogor. Klo saya sih udah biasa, secara zaman2 petualangan waktu SMA sering saya lalui menggunakan KRL ekonomi sebagi transportasi utama, jadi nggak aneh lagi deh. Ternyata sesampainya di Bogor ketika karcis diperiksa oleh petugas stasiun, karcis yg kami miliki tujuannya hanya sampai Depok alias salah karcis. Walhasil kami harus membayar denda sebesar@Rp. 5.000,- biarin deh...soalnya udah capek bgt, jadi boro2 meriksa karcis waktu masih di stasiun Gondangdia. Kelelahan blum berakhir karena saya n Syska masih harus ke kost Anggun, teman Syska, soalnya laptop saya dititipin disitu. Tapi udah capek2 kesana tenryata Anggun sedang kuliah n susah dihubungi maupun ditemui. Karena Syska masih harus mengejar bus menuju rumahnya di Sentul City, akhirnya kami berdua sepakat untuk pulang dan besok saja mengambil laptopnya. Huff....betul2 hari yg melelahkan, namun sungguh memperkaya pengalaman dan wawasan kami.

Special thanks to :
- Pak Mihradi
- Mas Iwan
- Syska
- Kak Ratna
- Mas Dicky
- Anggun

Ask Your Friends to Describe You in 5 Words!

Guys....actually I got this from one of application that I have in my facebook account. But....it sounds nice when Sufy gave me 5 words that really described who I am. He said that I am :

1. Friendly
2. Nervous
3. Organized
4. Trustworthy
5. Warm

Just for fun...if you wanna know how is the 'real' you in their eyes. Beiijoosss!!

Pilwalkot Bogor 2008

Fiuh....akhirnya setelah menonton siaran live debat para calon walikota Bogor dan wakilnya yang kurang atraktif di TV One pada Selasa, 21 Oktober 2008 pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB, hari ini giliran saya mendapatkan hak saya untuk mencoblos. Dari kelima pasangan calon yg ada, saya memilih asangan nomor urut 2. Pasti bagi sebagian besar urang Bogor yg menonton calon tsb perspektifnya cenderung 'gendeng' dibandingkan calon2 lain yg visi-misinya lebih jelas dan terstruktur. Walaupun terkesan gendeng, tapi saya seperti melihat kemungkinan adanya secercah titik terang yang dapat membawa kota Bogor ke arah yg lebih baik, khususnya masalah transportasi yang sekarang menyedot energi sebagian besar masyarakat Bogor karena kondisinya yg semrawut dgn adanya trayek ganda. Nyuwun pangapunten, tapi saya seperitnya cendenrung menyukai visi-misi yg simple tapi bakal 98% terwujud daripada njelimet tapi belum jelas juntrungannya bakal terealisasikan atau tidak. Begitulah. Yang rada mengesankan adalah kejadian konyol ketika giliran sepupu saya mencoblos. Sebenarnya dia sudah sangat terburu-buru karena pukul 08.00 dia harus menghadiri kuliah penting dan ketika jam tangannya telah menunjukkan pukul 07.30 namanya belum kunjung dipanggil. Sementara sebelumnya telah ada perjanjian khusus dari panitia yg mengatakan bagi warga yg bekerja atau akan segera beraktivitas di luar akan diprioritaskan gilirannya. Yang membuat sepupu saya kesal adalah ternyata panitia tidak menepati janjinya. Malah memanggil peserta sesuai dgn tumpukan formulir peserta dimuai dari yang paling atas. Padahal logikanya seharusnya yg diambil duluan adalah tumpukan yg paling bawah karena hadir lebih dulu. Dadine nesu dia....soalnya udah lagi buru2 bgt n datang paling awal tapi malah yg baru datang enak2an dapat giliran awal. ujung2nya setelah perdebatan cukup panjang dgn panitia akhirnya sepupu saya diberi giliran paling pertama. oalah...piye tho? dadi mesti nesu dulu ben dikasih giliran pertama?! Hehehehe.....

Senin, 20 Oktober 2008

JOKE OF THE DAY

(Sebenarnya ini merupakan SMS ‘berdebu’ yg lama terabaikan dalam inbox ponsel saya dari mantan gebetan pada tanggal 28 Juli 2008*halah*tapi sumpah fresh bgt, in English, of course.) huhuuuu…miss him so much!


A guy has talking dog. He brings it to a talent scout. “ This dog can speak English, “ he claims to the unimpressed agent. “ Okay, Sport, “ the guy says to the dog, “ What’s on the top oh the house? “ “ Roof! “ the dog replies. “ Oh, come on… “ the talent agent responds. “ All dogs go ‘roof’. “ No, wait, “ the guy says. He asks the dog, “ What does the sandpaper feel like? “ “ Rough!” the dog answers. The talent agent gives a condescending blank stare. He is loosing his patience. “ No, hang on, “ the guy says. “ This one will amaze you. “ He turns and asks the dog, “ Who, in your opinion, was the greatest baseball player of all the time? ” “ Ruth! “ goes the dog. And the talent scout, having seen enough, boots them out of his office onto the street. And the dog turns to the guy and says, “ Maybe I shoulda said DiMaggio? “

AGAIN: A LUCKY BASTARD

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji&syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya*serasa pembukaan pidato*,bla…bla…. Tapi saya baru menyadari memang betapa bersyukurnya saya atas kejadian yg baru saja menimpa saya pada Senin, 20 Oktober 2008 sekitar pukul 13.00 WIB.

Begini kronologisnya…
Pukul 11.30 WIB tanpa terasa kuliah Antrpologi Budaya yang diajar oleh Pak Mihradi pada hari ini berakhir sudah. Kuliahnya seru banget, dikarenakan sering sekali diselipkan pemikiran2 beliau yg segar dan menggelitik hati kami sebagai para mahasiswa hukum. Yang saya rasakan sampai saat ini, tiap mengikuti perkuliahan beliau pasti saja saya selalu mendapat pencerahan, istilahnya inspirasilah. Sebuah kuliah yg lebih dari ilmu teori semata, namun menyangkut kehidupan kita sebagai manusia. Betapa enaknya hari-hari jika diisi dgn kuliah seperti itu. ^_^

Hmm….memang pada hari Minggu saya sudah merencanakan ingin pergi ke Gramedia Botani Square demi membeli keperluan2 alat tulis dan beberapa buku yg menunjang proses perkuliahan karena sudah waktunya diganti ataupun habis. Kebetulan teman sekelas saya, Sisri, juga memiliki niat&tujuan yg sama. Akhirnya sepulang kuliah saya memutuskan untuk nebeng karena kebetulan dia membawa motor. Memang sih saya sudah pernah 2 kali dibonceng olehnya dan tidak pernah mengalami kendala yg berarti selama perjalanan, padahal dia tergolong ‘baru bisa’ mengendarai sepeda motor dan Eyang saya telah memperingati berulang kali agar saya hati2. Maka dari itu saya tenang2 saja ketika memutuskan dibonceng untuk yg ketiga kalinya. Dan memang selama perjalanan dari kampus ke Gramedia Botani Square mulus2 saja. Karena kebetulan lagi teman saya itu ingin ke Bank Mandiri yg terletak di Jl. Ir. H. Djuanda (sebelah Balaikota) untuk mengambil kartu mahasiswa sepulang dari sana dan searah juga dengan rute perjalanan pulang saya, maka saya kembali dibonceng dan minta diturunkan di depan Balaikota, sehingga nanti saya tinggal melanjutkan naik angkot 07 saja. Kejadiaan naas tsb bermula ketika motor kami berhenti di persimpangan Jl. Jend. Sudirman dgn Jl. Ir. H. Djuanda (biar gampangnya lampu merah setelah lap. Sempur dekat Regina Pacis&Koramil RS Salak, yg pas tanjakan itu lho….) karena memang lampu lalu lintas sedang berwarna merah. Ketika motor akan berbelok ke kiri, tiba2 saja melesat sebuah mobil kijang berwarna cokelat keluaran tahun 1997 mendahului kami dgn kecepatan luar biasa dgn cara menyalip ke arah kanan dan akhirnya menyenggol motor kami. untungnya teman saya dapat segera mengendalikan keadaan yg motornya nyaris jatuh ke kiri. Tapi saya??
1. Terhitung seminggu yg lalu saya memutuskan untuk memakai rok setiap hari Senin. Gak ada maksud apa2 siiihhh..supaya belajar feminin dikit aja….jadi pada saat itu saya memakai rok.
2. Karena saya memakai rok, otomatis dudukpun jadi menyamping (dgn menghadap ke kiri).
3. Ketika motor tersenggol, ajaibnya refleks saya bagus dgn segera turun sambil setengah loncat dari motor dgn posisi kedua kaki ajek (mirip posisi kuda2 pada bela diri pencak silat). Inilah keuntungan yg dimiliki jika kita belajar beladiri, terutama capoeira. Percaya deh, refleks menjadi sangat terlatih dan kita tetap dapat menguasai keadaan tubuh walaupun posisi tubuh kita sudah jungkir balik gak keruan! Hehehe… tapi memang selain karena perlindungan Allah dan keuntungan belajar beladiri tsb, tiba2 saja pada saat itu saya ingat perkataan bapak saya ketika masih kecil. Beliau berkata bahwa jika kita sebagai penumpang (ketika dibonceng menggunakan motor) wajib melompat turun dari motor jika merasa posisi motor akan jatuh (dgn kata lain jika sudah miring2 tanda gak stabil). Dan setelah kejadian tsb tentunya kata2 tsb takkan pernah saya lupakan!
4. Yang membuat saya jatuh sebenarnya adalah karena tas saya tersangkut di jok motor dan karena sebagian masih saya pegang, juga saking cepatnya kejadian tsb, dan motorpun tak langsung berhenti, jadi saya sempat terseret sejauh 5 m sebelum akhirnya jatuh berguling-guling dgn gerakan mirip2 akrobatik dlm capoeira. Hahaha….ini bagian lucunya! Soalnya saking bagus refleksnya malah jadi gerakan capoeira yg kluar tapi juga berguling2 gak karuan karena namanya juga jatuh dan posisi berakhir dimana saya jatuh terlentang di atas jalan raya dgn keadaan rok tersingkap kira2 20 cm di atas paha!! Thank God masih tercover karena saya menggunakan shortpants yg stretch berwarna hitam, walaupun tetap malunya gak ketulungan. Mana sempat disorakin sama supir2 angkot yg lalu-lalang. Huh, bukannya nolongin yah!
5. Masih untung saya menyadari hal tsb dgn cepat dan spontan menarik rok ke bawah, langsung berdiri sekaligus mengambil tas yg jatuh plus merapikan baju dan rambut dan naik kembali ke motor dgn cara yg mnurut saya cukup elegan. Mungkin karena masih shock jadi tidak terasa apa2. Malah teman saya yg sempat lemas dan khawatir dgn keadaan saya. Akhirnya saya minta diturunkan di depan Hotel Salak saja dan langsung meyetop angkot 07.
6. Begitu berada dalam angkot 07 saya baru merasakan perih di bagian2 yg lecet. Malah lebih parah, ketika sore harinya saya baru merasakan linu2 pada bagian tubuh yg memar. Tapi saya masih untung karena ketika berakhir pada jatuh dgn posisi terlentang kepala saya tidak membentur jalan ataupun tertabrak kendaraan2 yg melesat dgn supar cepat karena pada saat itu baru saja lampu hijau. Huff..saya jadi ingat Thata, sahabat saya semasa SMA. Soalnya dia juga pernah mengalami peristiwa yg hampir persis dgn saya, namun bedanya saat itu ia tersenggol motor yg melaju kencang ketka ingin menyeberang dan cedera yg dialaminyapun lebih parah, walaupun memang tidak sampai dirawat di rumah sakit juga. Sekarang saya tahu rasanya bagaimana dia ketika mengalami momen yg menurutnya cukup memalukan itu.

Memang dalam kejadian ini saya rasa kesalahan terletak pada kedua belah pihak. Pertama, si mobil kijang yg tidak sabaran salah karena menyalip ke kanan plus ngebut pula. Kedua, karena memang baru bisa mengendarai motor, teman saya juga salah mengambil jalur yang harusnya di sebelah kiri (karena dia menuju Jl. Ir. H. Djuanda yg posisinya di belokan kiri, alih2 malah mengambil jalur sebelah kanan) sehingga membuat motornya tersenggol oleh kendaraan yg ingin belok kanan atau menuju ke Jl. Jend. Sudirman. Tapi dalam hal ini saya tidak ingin mengkambinghitamkan siapapun. Memang sudah menjadi naas bagi kami, terutama saya. Juga menjadi peringatan agar kami lebih berhati2.

Bisa dibilang I was lucky. Malah a lucky bastard, karena saya selamat walaupun bandel karena telah berulangkali diingatkan oleh nenek saya untuk tidak coba2 dibonceng oleh orang yg baru bisa mengendarai motor. Tapi saya nekat dan masih selamat, juga hanya lecet2 saja sudah alhamdulillah. Dan keluarga begitu saya beritahu kejadian tsb dapat ditebak bahwa mereka terkejut tapi sekaligus heran juga, soalnya saya pulang dgn keadaan biasa2 saja dan sudah bisa bercanda menertawakan kejadian yg menurut saya naas sekaligus konyol itu (Apalagi Kikin, sepupu saya, sampai bertanya untuk memastikan apa saya masih waras atau tidak!). Bagi saya, lebih baik menyikapinya dengan santai dan penuh humor, dibandingkan dgn menyalahkan keadaan dan negative thinking, walaupun peristiwa tsb saya yakin merupakan teguran kecil dari Yang Di Atas karena mungkin akhir2 ini sholat dan ibadah saya yg lain banyak bolong2nya. Well, just lets keep the positive thing. Toh masih syukur badan saya hanya lecet2 dan sedikit memar, tidak cedera serius. Dan tidak perlu dirawat di rumah sakit yg pastinya memakan biaya yg tidak sedikit. Hanya perlu dibersihkan, diberi betadine dan diplester. Memar2nya juga tinggal diolesi counterpain dan minum jamu untuk persendian. Semuanya masih bisa ditangani dgn cara yg sangat biasa. Alhamdulillah ya Allah…tiba2 saja saya ingat sesuatu yg menenteramkan hati saya seusai mengerjakan sholat dzuhur dgn Q.S. Ar-Ra’d yg artinya: “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. “ Beneran lho…ketika itu saya benar2 merasakan betapa kecilnya kita sebagai manusia di hadapan Allah Sang Penguasa Semesta. Soalnya selama ini kayanya saya sudah biasa mendengar jutaan kesaksian orang2 yg merasakan ‘miracle’ semacam itu, tapi beda banget deh klo udah merasakan sendiri! Saya merasakan timbul semacam perasaan seolah-olah saat peristiwa itu terjadi saya tidak memiliki daya sedikitpun; seakan-akan ada yg mengcover itu semua. Kurang-lebih begitulah. Moga2 bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

P.S.:
- Pak Sapto, sumpah feelingnya kuat banget! Saya baru ngeh dengan hal ini ketika bertemu beliau di parkiran motor kampus yg memperingatkan agar kami untuk berhati2 saat mengendarai motor sebelum kecelakaan kecil tsb terjadi.
- Pak Aam, kayanya tulisan ini bisa jadi bahan tugas mata kuliah Bapak kan?? Hehehe…
- Pak Mihradi, jangan bosan2 mampir ke blog saya ya!Yah..walaupun masih jauh dari sempurna dan belum bermuatan hukum sedikitpun, tapi saya terus berusaha agar lebih baik lagi. Masih dalam proses mengumpulkan bahan dan keberanian soalnya, Pak! ^_^
- Thata…miss you, girl!!!

Jumat, 10 Oktober 2008

I’M NAKED TRAVELER WANNABE

God…oh god…..dear god!!! Bulan november sebentar lagi, batizado grupo Quizumba Indonesia yg bakal diadakan di Bandung, 11-16 November 2008 semakin kuat memanggilku, hiks..apakah aku bisa mencapai Bandung demi passionku ini??

Buku “ The Naked Traveler “ karya mbak Trinity bikin saya yang sudah ngiler semakin ngiler buat jadi seorang independent traveler alias backpacker. Aww…inspirational banget. Belum lagi teman capoeira saya yang berdomisili di Surabaya baru2 ini juga jadi intens chatting dengan saya, lagi2 menularkan semangat travelingnya pada saya. He’s a mount climber yang gaya tarvelingnya lebih parah dibandingkan dgn backpacker biasa. Ditambaaahhh…teman les TOEFL saya zaman SMA dulu (ciehh..padahal belum ada sebulan saya menyandang gelar mahasiswi), doi juga lumayan sering chatting dengan saya via Yahoo Messenger (YM) dan semenjak menjadi mahasiswi rajin benar backpacking (at least doi udah berhasil ekspedisi sekitar Jawa-Bali), ngasih saya encouragement. Yang paling mengenaskan adalah ketika hari Sabtu, 4 Oktober 2008 sekitar pukul 16.00 saya teleconference dengan kedua capoeiramate saya, Dita n Sufy. Idiihhh….mereka menggoda saya dengan sengaja memperdengarkan suasana warkop di daerah Dago dan suara2 bercandaan mereka yg bikin saya super kangen!! Dua2nya sama2 jadi kutub magnet kuat yg menarik saya untuk segera ke Bandung dan menemui mereka. Dita persuasif banget mengingatkan saya akan atmosphere batizado gruponya, sementara Sufy demen banget mempropaganda saya tiap kami chatting via YM dengan sebuah kalimat simpel tapi menggelitik jiwa backpacker saya, “ Kapan ke Bandung??”

EEEEEERRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!

Sebenarnya saya bisa saja ke Bandung, cukuplah 2-3 hari, mengingat di kalender akademik universitas saya harus mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) yg akan diselenggarakan mulai tanggal 17-29 November. Begini perhitungan matematisnya: Dari tanggal 11-16 November acara esensinya terletak pada 3 hari workshop (waktunya masih belum jelas) dan batizado pada last day, yaitu tanggal 16 November. Untuk berjaga2 agar saya pulang dengan selamat dan dapat menjalani UTS dgn kondisi fit, maka tanggal 16 mau tidak mau harus saya coret dari schedule list. Saya harus sudah berada di Bogor pada saat itu. Nah…yang masih jadi masalah…kapankah 3 hari workshop itu dan saya tetap pengen bisa hangout bareng Dita n Sufy (nah, terutama dia yg udah jadi orang kantoran yg supersibuk, susah banget matchingin jadwal)??? Itu dia, saya belum mendapatkan detailnya dan masih memperhitungkan budget juga, dan gimana strategi minta izin sama orang rumah (soalnya saya gak mau lagi kabur2an kaya waktu ke batizadonya Senzala! Yahh….klo melihat sikon sepertinya saya tidak diizinkan (ada indikasi kuat bakal seperti ini krn saya sudah pernah mencoba sebelumnya dgn tujuan yg sama, yaitu ke Bandung, dan jawabannya sungguh diluar ekspektasi saya yg penuh dgn keoptimisan alias hell no -_-), lets do the plan B, yaitu mengarang alasan yg cerdas supaya saya bisa keluar rumah dalam 2-3 hari *Kids, don’t try this at home, it’s veeerrrrryy dangerousss!! Halah, opo sih Ninis?!*) Jiahh…membingungkan! Somebody help me pleaseeeee...............................

Sabtu, 04 Oktober 2008

LASKAR PELANGI DAN 3 NYONYA

Kemarin (Senin, 29 September 2008), semuanya serba unpredictable. Kenapa udah susah2 bikin planning tapi tetep ujung2nya jadi spontanitas, improvisasi. Well, itu salah satu bukti bahwa manusia boleh berencana but finally Allah SWT yg menentukan.

Gini lho, awalnya saya berencana pada hari itu bubar (buka puasa bareng) temen2 alumni SMAN 6 Bogor khusus kelas IPA 1, tapiii….berhubung pukul 10.00 saya belum mendapat konfirmasi lagi dari teman2 mengenai kejelasannya, sementara saya mendapatkan tawaran yg lebih menggiurkan; nonton Laskar Pelangi! Moment ini telah saya tunggu2 sejak saya mendapat kabar bahwa penayangan serentaknya pada tanggal 26 September 2008. Sooo…pada pukul 11.00 saya diminta untuk ke Jl. Ciung no.10, berkumpul di rumah salah satu tante saya (saya memanggil beliau Bu Yayi) bersama sodara2 yg lain. Nah, dari sana kami akan berangkat bersama2 menggunakan Kijang Innova hitam yg dikendarai dan milik om saya tentunya, yaitu Om Yayok. Saat itu saya masih sempat2nya mikir apa bisa ya mepet2 tetep maksa ikutan bubar sama temen2, dgn asumsi sesampainya di Jakarta filmnya mulai sekitar pukul 13.00 dan beres pukul 15.00. paling telat nyampe Bogor pukul 17.00 lah, jadi masih bisa gitu. Tapi yg namanya jalan2 ma keluarga udah pasti bakal ada embel2 tambahan, apalagi puasa udah mau berakhir, jadilah jadwal ditambah dgn buka puasa habis nonton.

In my humble opinion,, filmnya bagus kok. Tapi emang saking saya enjoy ngikutin plotnya, saya jadi rada speechless buat menjelaskannya. Initially saya exciting bgt, tapi gak tahu gimana harus menuliskannya. Memang benang merah dalam film tsb dapat segera ditebak, yaitu pendidikan. Pada penutupan film tsb dicantumkan UUD 1945 Pasal 31 (1) yg berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” yang saya rasa sudah cukup eksplisit. Setting dalam novelpun digambarkan dengan cukup apik. Saya jadi ngiler juga pengen backpacking ke Gantong, Belitong. Tapi saya setuju dgn review Kompas edisi Minggu, 28 September 2008 mengenai alur cerita yg kurang fokus. Kalau dalam novel kan jelas2 fokus utama cerita adalah Ikal yg tak lain refleksi kisah nyata sang penulis, Andrea Hirata. Tapi namanya film tidak bisa disamakan dgn novel yg mampu medeskripsikan segala sesuatu secara mendetail. Makannya novel bisa saja terdiri dari ribuan halaman, tapi film kan dibatasi durasi, jadi gak mungkin juga lah mas Riri Riza dan mbak Mira Lesmana memasukkan semua unsur yg terdapat dalam novelnya ke versi layar lebarnya. Walaupun kurang fokus itu tadi, tapi tetap tidak mengurangi kenikmatan menonton. Penokohan dan akting para pemainnya begitu natural. Gak salah deh dgn memilih pemainnya bocah2 asli Belitong, ditambah dgn aktor dan aktris senior yg sungguh profesional dalam pendalaman karakter. Saking terhanyut dgn ceritanya, Om Yayok dan Tari (sepupu saya) sampai menangis haru sepanjang film berlangsung. Dasar like father like daughter!! Hehehe…tapi saya juga disindir sama mereka gara2 kurang sensitif. Ya mo gimana lagi, saya termasuk tipe orang yg susah ngeluarin air mata sih. Klo Tari yg nangis sih wajar, soalnya dia lagi masa2 teenage girl bgt yg lagi mellow2nya, tapi yg paling gak nyangka ya Om saya itu. Awalnya saya kira beliau flu gitu, soalnya saya berkali-kali denger suara tarikan ingus, tapi pas saya sadar Bapak-anak itu duduk mengapit saya, dan voila! Saya memergoki keduanya sedang menangis, hohohoho..! Terus terang sensasi setelah menontonnya sungguh luar biasa, saya dihinggapi rasa haru dan bersyukur yg tak terhingga pada Allah SWT karena kondisi saya sungguh2 jauh, jauh, jauh lebih baik dibandingkan dengan nasib anak2 Belitong tsb. Sudah sepatutnya saya banyak2 bersyukur dan termotivasi untuk berani mengejar mimpi. Juga saat itu menjadi pengalaman pertama saya nonton di bioskop Grand Indonesia (dulunya Plaza Indonesia; masih sama sih tapi diperluas aja bangunannya dan konsepnya sedikit berbeda). Setting tempatnya bagus kok…dgn menawarkan konsep walking shop karena didesain suasananya seperti jalanan lengkap dgn jalan buatan (seperti aspal tapi saya rasa bukan dilapisi aspal yah, dari bahan lain mungkin…), lampu jalan, petunjuk jalan, etc. Toilet bioskopnyapun unik, awalnya ketika saya mengantar Tari gara2 dia kebelet, kami hampir putus asa karena tak kunjung menemukan tempat yg dituju. Finally saya melihat seorang cewek yg masuk lewat pintu hitam dan kelihatannya juga kebelet. Eeehhh…benar saja, ternyata pintu hitam tsb memang toiletnya! Interior toiletnyapun serba hitam dgn pencahayaan minimalis, tapi lumayan oke kok. Unik lah konsepnya… malahan kami jadi betah berlama2 dan baru sadar kalau kami dicariin karena filmnya akan segera dimulai! Hahaha….gara2 toilet jadi hampir telat nonton. Kamipun sempat jalan2 sebentar menyusuri Grand Indonesia sembari menunggu waktu berbuka. Saya sungguh kepincut dgn barang2 etnik produksi dalam negeri yg dipajang di Seibu, tapi sayang kocek saya gak cukup, hiks…T_T. Ya terpaksa cukup puas dgn melihat2, menyentuh dan kalau beruntung bisa mencobanya, hehehe…dasar gak mau rugi.

Ketika kami meninggalkan Grand Indonesia dan dalam perjalanan menuju tempat berbuka, terjadi sedikit perdebatan. Dan ujung2nya diputuskan tempat berbuka menjadi di Kedai 3 Nyonya. Restoran dgn bangunan dan interior tempo doeloe tsb berlokasi di Jl. KH Wahid Hasyim no.73 (haduh…saya lupa nama daerahnya apa, yg jelas sih di Jakarta). Sebenarnya menunya biasa aja…tapi rasanya oke dan desain interiornya yg serba tempo doeloe menciptakan suasana yg berbeda aja. Ngangenin gitu. Serasa kaya di rumah nenek deh bagi yg neneknya orang Jawa Tengah. Ya skalian wisata kuliner ala pak Bondan Winarno lah… Di tengah suasana berbuka yg syahdu namun hangat karena penuh canda anggota keluarga, Om Yayok iseng menanyai kami satu persatu tentang kesan menonton film Laskar Pelangi.
- Om Yayok: “ Betapa bersyukurnya kita dibandingkan dengan anak2 Laskar Pelangi itu ya…jadi kalian harus lebih bersemangat lagi dalam belajar. “ (bener dah..nasihat yg dalem, Om!)
- Saya: “ Saya jadi termotivasi dan belajar berani untuk mengejar mimpi! “
- Tari : “ Aku terharu banget loh waktu Lintang jadi juara cerdas cermat, tapi habis itu ternyata bapaknya meninggal, hikss..”
- Kikin: “ Mm…bagus kok..menginspirasi. “
- Tami: “ Apa ya?? Habisnya aku bingung sih waktu nonton filmnya! “ (ini nih bagian testimoni terlucu dari kami semua yg menonton, soalnya emang Tami yg paling junior. Bagi dia perlu waktu lebih dari 3 hari untuk mencerna selurh isi film tsb, wakakakakakakkkk!!!!)

MORAL OF THE STORY: Rugi deh klo yg gak sempet nonton Laskar Pelangi dan makan di Kedai 3 Nyonya! Huehehehe…..