Minggu, 21 Desember 2008
A new page and things left unsaid
Sabtu, 13 Desember 2008
COLUMBINE HIGH SCHOOL MASSACRE (Part 3)
Berdasarkan hasil investigasi FBI, dalam jurnal kedua remaja tersebut mereka merencanakan titik awal aksinya pukul 5 pagi waktu setempat. Tadinya mereka merencanakan aksinya pada sehari sebelumnya, yaitu 19 April 1999 karena bertepatan dengan peristiwa pengeboman di Oklahoma, namun mendadak mereka mengubahnya menjadi 20 April 1999 karena bertepatan dengan peringatan 110 tahun Adolf Hitler, sang tokoh Nazisme. Akan tetapi sampai saat ini dugaan tersebut masih diragukan keakuratannya karena hanya mereka berdualah yang tahu alasan yang sebenarnya.
Eric dan Dylan bolos dari kelas pertama mereka pada hari itu, yaitu kelas bowling, yang biasanya berlangsung pukul 06.00-07.15 waktu setempat. Oleh gurunya, Kristine Macauley, mereka dinilai siswa yang rajin menghadiri kelasnya. Hanya saja pada hari itu mereka tidak hadir. Lagi, pada jurnalnya masing-masing mereka menuliskan akan memulai aksinya di kafetaria sekolah pukul 11.00 karena pada jam tersebut sejumlah besar siswa akan berkumpul di sana. Pada kenyataannya (berdasarkan laporan para saksi mata), mereka terlihat tiba di sekolah pada pukul 11.10. Mereka membawa kendaraan masing-masing dan parkir di tempat berbeda. Eric mengendarai Honda Civic abu-abu keluaran tahun 1986 dan memarkirnya di parkir timur bertepatan dengan pintu keluar kafetaria, sedangkan Dylan mengendarai BMW hitam keluaran tahun 1982 dan memarkirnya di parkir barat bertepatan dengan pintu masuk sekolah. Kedua tempat parkir tersebut dinilai strategis karena mereka dapat memantau situasi dengan jelas. Sebelum memasuki kafetaria, mereka sempat bertemu dengan Brooks Brown dan tiba-tiba saja Eric yang sebelumnya membencinya menjadi baik kepadanya dan menyuruhnya untuk pulang dan menyelamatkan diri karena mereka akan segera memulai aksinya. Pukul 11.14 keduanya memakai kostum kebanggaan mereka berupa jas hitam panjang (trenchcoat) yang telah disisipkan senjata di dalamnya, kacamata hitam, sepatu boot hitam dan masing-masing membawa duffel bag (tas jinjing besar) yang berisi bom propana seberat 20 pound (atau sekitar 9 kg). Pukul 11.17 (menurut Eric pada waktu inilah kafetaria sedang penuh-penuhnya) mereka memasuki kafetaria untuk menaruh bom tersebut dan kebetulan pada saat itu CCTV kafetaria sedang dimatikan oleh petugas sekolah dan baru dinyalakan kembali pada pukul 11.22. Setelah menaruh bom di lantai bersebelahan dengan 2 meja di kafetaria, mereka kembali ke mobil masing-masing dan menunggu bom tersebut meledak. Pada jurnalnya masing-masing mereka berencana meledakkan sekolah dan menembaki korban selamat yang tersisa. Pada saat itu terdapat sekitar 488 orang di dalam kafetaria yang menjadi calon korban bom mereka. Untungnya bom tersebut gagal meledak, jika tidak ke-488 orang tersebut akan terbunuh dan perpustakaan yang tepat berada di atasnya akan runtuh yang akan mengakibatkan kerusakan struktural yang sangat parah.
Menyadari bom mereka gagal meledak sesuai harapan (‘hanya’ meledak seperti petasan), Eric dan Dylan kembali memasuki kafetaria membawa pistol semi-otomatis 9 mm jenis TEC-DC9 dan senjata api semi-otomatis 9 mm dalam masing-masing jasnya dan satu duffel bag yang berisi puluhan bom pipa dan persediaan amunisi. Untungnya lagi, beberapa menit sebelum mereka memasuki kafetaria, yaitu pukul 11.24, William Sanders, guru olahraga sekaligus pelatih tim basket putri, menyadari bahaya yang mengancam lalu bersama petugas keamanan sekolah berhasil mengevakuasi para siswa yang berada di kafetaria. Sebelum memasuki kafetaria, Eric dan Dylan sempat menembaki beberapa siswa di luar dan menewaskan 2 orang. Ketika memasuki kafetaria, mereka menemukan tempat tersebut telah kosong dan menembaki bom propana yang gagal meledak. Setelah itu mereka berjalan menyusuri koridor sekolah, menembaki para siswa yang berlarian meyelamatkan diri. Dan di situ pulalah, Sanders tertembak 2 kali di leher dan akhirnya tewas akibat kehilangan banyak darah karena baru dievakuasi tim SWAT 3 jam kemudian, walaupun sempat berhasil menyelamatkan diri dan mendapat pertolongan seadanya di ruang sains oleh para siswa yang bersembunyi di sana.
Rekaman CCTV: para siswa yang berlarian panik
Pukul 11.29 kedua remaja tersebut memasuki perpustakaan, menyerukan semua orang yang bersembunyi untuk keluar lalu mulai menembaki setiap orang yang mereka jumpai di setiap sudut perpustakaan sambil sesekali mengumpat. Pada saat itu terdapat 52 siswa, 2 orang guru dan 2 orang penjaga perpustakaan yang sedang bersembunyi. Sayangnya di perpustakaan tidak terpasang CCTV sehingga FBI memerlukan keterangan terperinci dari para saksi mata yang berada di tempat kejadian yang berhasil selamat dan butuh berbulan-bulan untuk merekonstruksi kejadian yang mendekati akurat. Patricia Nielson, salah satu guru yang terkena pecahan kaca pada saat bom meledak di kafetaria, sedang bersembunyi di bawah meja resepsionis dan melakukan panggilan darurat dengan operator 911 hingga penembakan usai. Sebelum kedua tersangka memasuki perpustakaan, ia telah memperingati para siswa untuk berlindung di bawah meja karena telah menyadari bahaya yang mengancam mereka. Di perpustakaan pula kedua tersangka terlibat baku tembak dengan kepolisian setempat yang berada di luar gedung dan merusak beberapa kaca jendela perpustakaan. Di tempat tersebut mereka melukai lebih dari 20 siswa dan menewaskan 10 siswa. Akhirnya kedua remaja tersebut bunuh diri di tempat tersebut, di balik rak-rak buku, dengan senjata yang mereka gunakan pukul 12.08 (waktu ini berdasarkan keterangan para saksi mata yang selamat). Eric tewas dengan menembakkan peluru ke mulutnya, sementara Dylan tewas dengan menembakkan peluru ke pelipis kirinya (sempat timbul pertanyaan mengapa pelipis kiri bukan kanan, hal tersebut kemudian terjawab setelah FBI menyelidiki catatan medis Dylan bahwa ternyata ia kidal). Saat ditemukan tewas, Eric telah melepas trenchcoatnya (berdasarkan keterangan para saksi mata diduga ia melepaskannya saat terlibat baku tembak dengan kepolisian di perpustakaan) dan memakai t-shirt bertuliskan ‘Natural Born Killer’ alias NBK, yang merupakan film favoritnya.
Baku tembak antara sherrif dan Eric-Dylan dari jendela perpustakaan
Dari tragedi tersebut gedung sekolah yang baru saja melakukan renovasi besar-besaran senilai US$ 1,5 miliar rusak berat. Total tembakan adalah 188 tembakan baik di dalam maupun luar gedung, terdapat 50-60 bom tersebar di dalam maupun luar gedung dan hanya sepertiganya yang berhasil meledak walaupun tidak berdaya ledak besar, korban tewas sebanyak 13 (12 siswa dan 1 guru) dan terluka sebanyak 24 siswa. Sebagian besar korban terluka mengalami kelumpuhan karena tertembak di bagian kaki, walaupun ada juga terluka ringan. Ironisnya, walaupun dalam jurnalnya mereka menuliskan daftar nama yang akan dihabisi sebanyak 67 orang, pada akhirnya yang berhasil terbunuh dari daftar tersebut hanya 1 orang dan 2 orang yang terluka, sementara korban tewas dan terluka lainnya berdasarkan penembakan secara acak.
salah satu foto kerusakan akibat tragedi tersebut
foto2 para korban tewas (tidak termasuk Eric-Dylan)
G. Tinjauan Tragedi Tersebut Dari Segi Psikologis dan Kebudayaan
Setelah penyelidikan selama 3 bulan, FBI yang melibatkan tim ahli dengan Dr. Frank Ochberg dari Michigan State University sebagai ahli kejiwaan dan Agen spesialis investigasi, Dwayne Fuselier, sebagai ketua tim, menyimpulkan bahwa Eric Harris merupakan seorang psikopat dan Dylan Klebold mengalami depresi berat. Hal ini terlihat jelas dari isi jurnal dan website pribadi mereka, juga video-video yang mereka buat.
Awalnya banyak orang awam yang salah memahami tragedi tersebut. Langkah pertama untuk memahami tragedi tersebut adalah menangkap hakikat bahwa kejadian tersebut adalah penembakan yang terjadi di sekolah (simply a school shooting). Fuselier dan Ochberg mengatakan dalam seminar mereka bahwa kita tidak dapat memahami mengapa mereka melakukannya hingga kita memahami apa yang sebenarnya mereka lakukan (we can’t understand why they did it until we understand what they were doing). Pelaku penembakan sekolah (school shooters) cenderung bertindak impulsif dan menyerang target yang berada dalam jangkauan mereka, yaitu para siswa dan staff sekolah, terutama para guru. Akan tetapi Harris dan Klebold telah merencanakan aksi tersebut selama setahun dan menginginkan serangan yang jauh lebih besar (rencana asli yang terdapat dalam jurnal mereka adalah setelah menghancurkan sekolah, mereka akan menghancurkan kota, bahkan ibu kota negara lalu membajak pesawat, kemudian menabrakkannya di New York hingga kabur ke Mexico), walaupun akhirnya rencana mereka ‘sedikit’ meleset dan berakhir di perpustakaan sekolah.
Fuselier dan Ochberg mengatakan bahwa bila kita ingin memahami mereka, berhenti menanyakan apa yang membuat mereka dapat berbuat seperti itu. Harris dan Klebold merupakan individu yang cukup berbeda dari orang kebanyakan; mereka memiliki motif berbeda dan kondisi mental yang berlawanan. Klebold dengan mudah dapat ditebak. Ia memiliki sifat kasar (walaupun sebelumnya dikenal pemalu), mudah marah, namun depresi berat dan berpotensi menyakiti dirinya sendiri. Ia menyalahkan dirinya atas berbagai masalah yang ia hadapi. Sejak terkena kasus pembobolan mobil van bersama Harris, ia merasakan sebuah titik dimana tidak ada jalan kembali (point of no return) dan sudah terlanjur merasa dirinya mendapatkan cap sebagai ‘kriminal’. Dan semenjak berteman dengan Harris, banyak yang mengatakan bahwa ia mulai berubah dan menjadi pengikut Harris. Juga dalam salah satu tulisannya dalam Creative Writing class yang dengan gamblang menggambarkan kronologi sebuah pembantaian yang kemudian menjadi kenyataan pada 20 April 1999, sampai-sampai guru pembimbingnya ragu untuk memberinya nilai hingga ia berhasil menjelaskan bahwa itu ‘hanya’ sebuah cerita.
Sedangkan untuk memahami Harris adalah sebuah tantangan. Wajahnya yang menggambarkan ‘anak baik-baik’ dan tutur katanya yang sopan membuatnya dikenal sebagai teman yang baik. Tapi sebenarnya ia berkepribadian dingin, penuh perhitungan dan mematikan. Bila Klebold cenderung menyakiti dirinya sendiri, Harris lebih berkeinginan untuk menyakiti orang lain. Ia bukan lagi tergolong ‘anak nakal’, namun sudah dikategorikan sebagai seorang psikopat. Menurut seorang pakar psikiatri, Dr. Robert Hare, psikopat merupakan kondisi mental spesifik dimana si penderita tidak mengalami delusi, halusinasi atau bahkan menjauhi kenyataan. Tidak seperti penderita gangguan jiwa lainnya, seorang psikopat menyadari sepenuhnya apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.
Tanda-tanda yang menunjukkan Harris sebagai seorang psikopat adalah kata-kata dalam website pribadi dan jurnalnya, seperti :
“ YOU KNOW WHAT I HATE!!!? STUPID PEOPLE!!! Why must so many people be so stupid!!!? “
“ YOU KNOW WHAT I HATE!!!? …MANKIND!!!!...kill everything…kill everything…”
“ I hate you people for leaving me out of so many fun things. “
Kata-kata di atas dengan jelas menunjukkan ekspresi kemarahan dan kebenciannya terhadap orang-orang di sekelilingnya. Namun, menurut Fuselier sebenarnya terdapat emosi yang jauh lebih membara yang disamarkan dengan kebencian. Ia menderita superiority complex, dimana terdapat suatu perasaan ingin menghukum sekelompok manusia yang ia benci. Tanda-tanda berikutnya adalah bahwa Harris pintar memanipulasi dengan banyak berbohong. Dalam sebuah halaman di jurnalnya ia menuliskan, “ I lie a lot. Almost constantly, and to everybody, just to keep my own ass out of the water. Let’s see, what are some of the big lies I told? Yeah I stopped smoking. For doing it, not for getting caught. No I haven’t been making more bombs. No I wouldn’t do that. And countless other ones. “ Pada penderita psikopat, mereka sangat menikmati kebohongan mereka sekaligus untuk melindungi dirinya dari bahaya. Hal tersebut dikenal dengan istilah ‘Duping delight’ yang menjadi karakteristik utama dari seorang psikopat. Satu fakta lagi adalah bahwa ketika tertangkap basah membobol mobil van tetangga mereka, dalam program pemulihan Harris menuliskan surat kepada tetangganya tersebut untuk lebih dari sekedar permohonan maaf, melainkan menunjukkan empatinya, dan pada saat yang sama ia menulis umpatan terhadap tetangganya tersebut dalam jurnalnya. Hal tersebut memberikan petunjuk mengapa Harris mampu menembak teman-teman sekolahnya, membiarkan mereka menderita kesakitan, lalu menghabisi nyawa mereka. Hal tersebut dapat terjadi karena seorang psikopat tidak mampu merasakan sesuatu dengan tepat, misalnya cinta atau kebencian atau rasa takut, karena ia tidak pernah mengalaminya secara langsung. Oleh karena itu seorang psikopat mungkin saja membunuh lalu melukai dan bahkan memutilasi korbannya dengan merasa seperti halnya sedang memotong-motong daging ayam untuk dimasak.
Berangkat dari jiwa psikopat itulah FBI dapat menyimpulkan bahwa Harris sebgai mastermind atau ‘otak’ dari aksi pembantaian tersebut. Persahabatannya dengan Klebold merupakan suatu simbiosis mutualisme dimana keduanya saling melengkapi. Harris yang cenderung bersifat dingin dan penuh perhitungan mampu menenangkan Klebold ketika emosinya sedang terbakar. Pada saat yang sama, Klebold memberikan stimulan kemarahan yang Harris butuhkan. Para ahli memprediksikan jika Klebold tidak terpengaruh oleh Harris dan melakukan pembantaian tersebut, maka kemungkinan ia dapat mudah ‘diselamatkan’ dan menjalani hidupnya dengan normal. Sedangkan Harris berada dalam posisi yang lebih sulit. Ia sudah tak dapat diselamatkan lagi karena menderita psikopat. Di dalam tubuhnya telah tertanam jiwa pembunuh yang bersifat menghancurkan. Kematiannya telah menghentikan aksi selanjutnya yang lebih mengerikan seandainya ia masih hidup.
Diciptakannya berbagai media elektronik serta maraknya pemanfaatannya membuatnya penting di kalangan masyarakat di berbagai penjuru dunia. Di Amerika Serikat, secara bertahap media elektronik, khususnya komputer dan televisi telah berubah menjadi sarana yang ampuh untuk memarakkan budaya kekerasan dan kebebasan seksual, sehingga mengundang protes dari para pengamat sosial dan cendekiawan. Dewasa ini media elektronik, terutama televisi di Amerika, dikuasai oleh para kapitalis yang arogan dan hanya mementingkan keuntungan pribadi semata. Mereka menjadi kaya dan sukses melalui bisnis ini, namun mereka tidak memanfaatkannya untuk tujuan mencerahkan dan memberi penyadaran terhadap masyarakat. Di AS, sepertiga dari masyarakatnya rata-rata menonton televisi selama 4 jam lebih. Menurut para pengamat komunikasi, penonton dengan masa tontonan rata-rata 4 jam sehari sudah termasuk ke dalam pemirsa ekstrim dan profesional. Dengan alasan inilah, sewaktu media elektronik ini menayangkan adegan-adegan kekerasan dan kejahatan dalam acara-acaranya, amsyarakat terhanyut oleh pengaruhnya yang dahsyat. Fenomena ini dalam bidang komunikasi disebut ‘teori kultivasi’. Harris dan Kleboldpun nampaknya menjadi korban dari pemanfaatan media elektronik yang tidak sesuai porsinya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari kebiasaan mereka bermain game online berjam-jam dan dalam game tersebut banyak mengandung unsur kekerasan. Secara tidak sadar mereka telah terpengaruh budaya kekerasan dari game tersebut.
Salah satu televisi di AS menunjukkan kenyataan ini dalam sebuah laporan angka-angka statistik. Laporan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kalimat-kalimat kotor dan menjijikkan selama tahun 1989 hingga 1999 telah meningkat 5,5 kali lipat. Selain itu, adegan-adegan kekerasan dan pornografi juga diperagakan secara lebih gamblang dan terang-terangan. Dalam sebuah pengamatan dan penelitian atas 3 saluran televsi besar AS yaitu CBS, NBC dan ABC, telah tercatat bahwa ketiga televisi besar itu setiap minggunya menayangkan 113 adegan pelecehan seksual, 92 adegan penyerangan menggunakan senjata api, 9 adegan pembunuhan, 78 adegan perkelahian, serta 179 adegan pelanggaran hukum. Tidak diragukan lagi, penayangan adegan-adegan kekerasan dalam media elektronik akan memberi pengaruh negatif pada anak-anak dan remaja. Mereka umumnya menjadikan media tersebut sebagai cermin dan teladan mereka. Berdasarkan penelitian sebuah lembaga psikologi di AS, anak-anak di negeri ini sebelum menamatkan pendidikan SD rata-rata telah menyaksikan 8 ribu kali adegan pembunuhan dan 100 ribu kali adegan kekerasan dalam media elektronik, terutama televisi. Angka-angka tersebut akan meningkat dua kali lipat ketika mereka menginjak usia 18 tahun. Riset membuktikan ketika dewasa, anak-anak tersebut cenderung tidak segan-segan melakukan kekerasan dan tidak memiliki rasa belas kasihan. Harris dan Klebold telah positif menjadi sebagian kecil dari korban budaya kekerasan di media elektronik. Ditambah lagi dengan faktor psikologis mereka yang memang terdapat kelainan sehingga mereka mampu melakukan pembantaian mengerikan tersebut.
H. Kesimpulan
Eric Harris dan Dylan Klebold merupakan remaja yang mengalami gangguan psikologis diperparah dengan budaya kekerasan di sekitar mereka dan kondisi lingkungan yang memberikan celah bagi mereka untuk merencanakan pembantaian tersebut. Kurangnya komunikasi dengan orang tua, orang tua dengan para guru dan pembimbing lainnya mengakibatkan mereka dengan leluasa mengembangkan kemarahan dan kebenciannya menjadi suatu peristiwa yang berakibat fatal.
I. Saran
1. Orang tua memegang peranan penting dalam mengawasi perkembangan anaknya, khususnya saat anak tersebut sedang dalam masa transisi. Pentingnya komunikasi yang intens bersamaan dengan pendidikan agama akan menjadikan proteksi secara tidak langsung bagi perkembangan jiwa anak.
2. Walaupun masih menjadi bahan perdebatan, namun tidak ada salahnya pemerintah mengawasi ketat peredaran senjata di masyarakat sipil agar tidak terjadi penyalahgunaan senjata, terutama di bawah umur.
3. Pihak kepolisian harus lebih tanggap terhadap kekerasan yang terjadi pada kaum remaja, karena kekerasan yang fatal justru berawal pada usia remaja, dimana pada saat itu mereka sedang mengalami masa transisi dengan kondisi kejiwaan yang labil yang harus diawasi secara seksama karena berpotensi menimbulkan kekerasan dengan daya rusak luar biasa.
Daftar Rujukan
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suhermanto, S.H., M.H. dan Sapto Handoyo DP, S.H. 2006. Diktat Perkuliahan Pengantar Sosiologi. Bogor: Fakultas Hukum Universitas Pakuan.
Gillin, John Lewis dan John Philip Gillin. 1954. Cultural Sociology. New York: The Macmillan Company.
http://www.acolumbinesite.com/.
http://www.cnn.com/. Report: 12 Killed At Columbine In First 16 Minutes.
http://www.davecullen.com/. The Depressive and The Psychopath: At Last We Know Why The Columbine Killers Did It.
http://www.hukumonline.com/. Tragedi Littleton 20 April 1999.
http://www.perspektif.com/. Budaya Kekerasan di Layar Kaca.
http://www.solusihukum.com/. Belajar dari Tragedi Columbine, Tarik Sebelum Tertembak.
http://id.wikipedia.org/tragedi_columbine.
Jumat, 12 Desember 2008
PASSIVE VOICE
1. Active Sentence
In Bahasa Indonesia this sentence begin with me- or be-.
2. Passive Sentence
In Bahasa Indonesia this sentence begin with di- or ter-.
- ACTIVE SENTENCE
S + V1 + e/es
S + tobe1 + V ing
S + has/have + V3
S + has/have + been + V ing
S + V2
S + tobe2 + V ing
S + had + V3
S + had + been + V ing
S + will + V1
S + will + be + V ing
S + will + have + V3
S + will + have + been + V ing
- PASSIVE SENTENCE
S + tobe1 + V3
S + tobe1 + being +V3
S + has/have + been + V3
S + has/had + been being + V3
S + tobe2 + V3
S + tobe2 + being +V3
S + had + been + V3
S + had + been being + V3
S + will + be + V3
S + will + be + being + V3
S + will + have + been + V3
S + will + have + been being +V3
THE GENERAL PATTERN OF PASSIVE VOICE : to be + V3
These are the examples of passive sentence:
A. Tenses
- Simple present
They write down the rules on a piece of paper - The rules are written down on a piece of paper by them
- Present Continuous
The prosecutor is questioning the man -The man is being questioned by the prosecutor
- Present perfect
They have broken the law - The law has been broken by them
- Present perfect continous
The police has been watching Aisyah closely - Aisyah has been being watched closely by the police
- Simple past
The father made the rules of conduct - The rules of conduct were made by the father
- Past continuous
The thief was stealing a car - A car was being stolen by the thief
- Past perfect
He had reported the accident to the police - The accident had been reported to the police by him
- Simple future
He will hire a good lawyer - A good lawyer will be hired by him
- Future continuous
Made will be kidnapping Eva and Luvina - Eva and Luvina will be being kidnapped by Made
- Future perfect
The police will have caught Maryam - Maryam will have been caught by the police
- Will
The judge will read the vonis - The vonis will be read by the judge
The judge can read the vonis - The vonis can be read by the judge
The judge should read the vonis - The vonis should be read by the judge
The judge ought to read the vonis - The vonis ought to be read by the judge
The judge must read the vonis - The vonis must be read by the judge
The judge has to read the vonis - The vonis has to be read by the judge
The judge may read the vonis - The vonis may be read by the judge
The judge might read the vonis - The vonis might be read by the judge
THE GENERAL PATTERN OF PASSIVE VOICE (MODAL): Modal + V1 - Modal + be + V3
The letter should have been sent last week by them
This house must have been built
- Someone ought to have invited Jack to the party
Jack ought to have been invited to the party
The handphone might have been left
Minggu, 07 Desember 2008
COLUMBINE HIGH SCHOOL MASSACRE (Part 2)
Sudah tentu, acapkali suatu masalah dapat digolongkan ke dalam lebih dari sati kategori. Misalnya, kemiskinan mungkin merupakan akibat berjangkitnya penyakit paru-paru yang merupakan faktor biologis atau sebagai akibat sakit jiwa yang bersumber pada faktor psikologis. Atau, dapat pula bersumber pada faktor kebudayaan, yaitu karena tidak adanya lapangan pekerjaan, dan seterusnya. Hal yang sama terjadi pada kasus tragedi pembantaian Columbine yang merupakan masalah sosial yang timbul akibat dari faktor psikologis dan faktor kebudayaan yang akn dibahas berikutnya.
A. Apakah Tragedi Columbine Itu
Tragedi Columbine merujuk kepada penembakan membabi-buta yang terjadi pada Selasa, 20 April 1999, di SMA Columbine di Kabupaten Jefferson, Colorado, dekat Denver, Amerika Serikat. Dua siswa remaja, Eric Harris dan Dylan Klebold, melakukan penembakan membabi-buta, hingga menewaskan 12 rekan siswa dan seorang guru, serta melukai 24 orang lainnya, dan kemudian melakukan bunuh diri. Kejadian ini dianggap sebagai penembakan di sekolah yang paling banyak menelan korban, dan serangan kedua yang paling hebat di sebuah sekolah dalam sejarah Amerika Serikat setelah tragedi Sekolah Bath.
B. Kapan Tragedi Tersebut Terjadi
Tragedi tersebut terjadi pada hari Selasa, 20 April 1990, sekitar pukul 11.22 siang waktu setempat. Berawal dari peledakan bom propana yang gagal yang ditaruh dalam 2 tas jinjing besar, masing-masing memiliki berat 20 pound (9 kg), di kafetaria sekolah dan dilanjutkan dengan penembakan besar-besaran secara acak di sepanjang koridor sekolah.
Penembakannya sendiri berlangsung sekitar selama 16 menit dan berakhir dengan tewasnya kedua pelaku pada pukul 12.08 waktu setempat akibat bunuh diri dengan senjata yang mereka gunakan.
C. Di mana Tragedi Tersebut Terjadi
Tragedi penembakan tersebut terjadi di SMA Columbine, distrik Littleton, Colorado, Denver, Amerika Serikat. Diawali dengan peledakan bom propana di kafetaria sekolah, lalu penembakan di sepanjang koridor sekolah, dan yang paling banyak memakan korban terjadi di perpustakaan.
D. Siapa Pelaku Tragedi Tersebut
Pelaku tragedi penembakan tersebut adalah kedua siswa dari SMA Columbine bernama Eric Harris (18) yang ditengarai pihak kepolisian sebagai mastermind atau ‘otak’ dari aksi tersebut dan sahabatnya yang bernama Dylan Klebold (17).
Eric David Harris lahir pada tanggal 9 April 1981 di Wichita, Kansas. Orang tuanya, Wayne Nelson dan Katherine Ann Harris keduanya lahir di negara bagian Colorado tetapi karena karir Wayne sebagai seorang pilot transportasi di Angkatan Udara menyebabkan keluarga tersebut sering berpindah-pindah. Mereka pernah tinggal di Ohio, Michigan dan New York. Ketika Wayne pensiun, ia dan Kathy memilih untuk tinggal di Littleton pada tahun 1996. Di sini Wayne bekerja pada Perusahaan Jasa Keamanan Penerbangan di Englewood. Kathy bekerja di perusahaan ‘catering’ di lingkungan yang sama. Teman-teman, tetangga, dan kenalan-kenalan keluarga Harris di semua tempat yang pernah mereka tinggali mengambarkan Wayne dan Kathy merupakan orang-orang yang baik, penuh perhatian dan selalu memberi dorongan yang baik kepada kedua putra mereka. Eric memiliki seorang kakak bernama Kevin Harris. Selama masa kecilnya, Eric Harris bermain dalam Liga Untuk Anak-anak dan ikut kelompok Pramuka.
Eric dan Dylan menjadi teman akrab tidak lama setelah keluarga Harris pindah ke Littleton. Belum lama berselang mereka telah membuat ‘link’ untuk komputer di rumah masing-masing sehingga banyak waktu yang mereka habiskan untuk bermain ‘video game online’ yang belakangan diketahui bernama ‘Doom II’ yang memuat banyak unsur kekerasan di dalamnya. Eric sangat berharap bisa diterima masuk Korps Marinir tetapi lamarannya ditolak beberapa hari sebelum pembantaian tragis itu. Alasan yang diberikan kepadanya adalah bahwa Eric telah biasa mengkonsumsi obat anti-depresan ‘Luvox’, yang biasa digunakan untuk pasien penderita penyimpangan jenis obsesif-kompulsif. Obat ini ia konsumsi dalam rangka program pemulihan (anger management) pasca pembobolan mobil van tetangganya bersama Dylan. Luvox merupakan jenis obat dengan resep umum, yang biasanya tidak mempunyai efek samping fisik atau psikologis kecuali digunakan bersama-sama obat lain atau alkohol. Namun tidak ditemukan bukti adanya obat lain atau alkohol pada tubuh Harris setelah kematiannya.
Dylan Bennet Klebold, seperti Eric Harris, datang dari sebuah keluarga kelas menengah yang mapan dan sangat dihormati oleh teman, tetangga dan kenalan-kenalan mereka. Dylan lahir pada tanggal 9 September 1981 di Lakewood. Dia sudah bertahun-tahun tinggal di Littleton dengan orang tuanya, Susan dan Thomas Klebold, dan kakak lelakinya Byron.
Dylan Klebold
Tom Klebold, dulunya seorang ahli geofisika, mengoperasikan bisnis manajemen pegadaian dari rumah mereka sementara Sue bekerja pada Konsorsium Negara bidang Pendidikan Umum yang memberikan pelatihan pada murid-murid cacat. Kakek buyutnya, Leo Yassenoff dikenal sebagai tokoh Yahudi terkemuka di lingkungan setempat dan membangun sebuah Pusat Komunitas Yahudi (Jewish community center). Teman-teman dekatnya merasa bahwa Dylan mulai berubah setelah berteman dengan Eric Harris selama tahun 1996.
Sejauh yang diketahui, hanya ada sekali insiden yang menyangkut perilaku kriminal kedua anak ini di masa lalu. Pada bulan Maret tahun 1997, keduanya ditangkap atas tuduhan kejahatan karena melakukan tindakan kriminal membuka paksa sebuah mobil van milik tetangga dan mencuri beberapa barang didalamnya. Harris dan Klebold menunjukkan sikap yang sangat simpatik dan menimbulkan kesan yang baik pada petugas khusus anak-anak yang menangani kasus mereka. Karena itu mereka akan dibebaskan jika tidak mengulang lagi tindakan serupa dan berpartisipasi dalam sebuah program pemulihan moral. Harris diharuskan ikut pelatihan pengendalian kemarahan (anger management) dan sekali lagi, ia menanamkan kesan yang baik pada petugas-petugas di sana.
E. Mengapa Tragedi Tersebut Terjadi
Dari hasil investigasi yang terus berkembang, terkuak sisi lain kehidupan kedua anak itu. Ini sangat kontras dengan yang diketahui orang tua dan teman-teman dekat mereka. Ternyata Eric Harris mempunyai ‘website’ internet sendiri yang secara terbuka menungkapkan kemarahannya kepada orang-orang di Littleton, khususnya para guru dan murid di SMA Columbine. Pada situs ini, Harris menyatakan keinginannya untuk membalas dendam kepada siapa saja yang mengganggu dan menghinanya. Ia memiliki dua blog pribadi dalam website America Online (AOL) dan WBS (Web Broadcasting System). Nama virtualnya adalah ‘REB’ yang diduga singkatan dari Rebel, Rebdoomer, Rebdomine, dan lain sebagainya (terinspirasi dari video game online kesukaannya, ‘Doom II’). Dalam situsnya, terdapat tulisan-tulisan penuh kemarahan dan kebencian terhadap orang-orang di sekelilingnya, sketsa-sketsa grafis yang mengerikan, lelucon-lelucon yang sama sekali tidak lucu dan juga lirik-lirik lagu kesukaannya beraliran heavy metal yang berbau gothic dan kekerasan. Musisi yang menjadi inspirasinya adalah KMFDM (tidak diketahui singkatan dari apa) dengan lagu berjudul ‘Son of a Gun’, Joe Arpaio, Marilyn Manson, dan sebagainya, juga sebuah judul film ‘Natural Born Killer’ yang sering ia singkat menjadi NBK. Yang paling menarik perhatian adalah tulisannya sebanyak 15 halaman secara rinci mengenai ancaman dan rencana pembunuhan atas Brooks Brown, teman sekolah sekaligus kawan sepermainannya, yang kemudian dilaporkan oleh orang tua Brooks ke pihak kepolisian (laporan diterima oleh Detektif Michael Guerrera) namun tidak pernah ada tindakan lebih lanjut dari laporan tersebut dan hanya dijadikan arsip kenakalan remaja semata. Eric juga memiliki jurnal pribadi yang isinya kurang lebih sama dengan kedua websitenya. Malahan, dalam jurnalnya tersebut terdapat rincian rencana pembuatan bom dan pembunuhan besar-besaran yang pada akhirnya ia lakukan bersama Dylan pada 20 April 1999.
Sketsa yang digambar Eric Harris
Isi jurnal Eric Harris
Sementara itu Dylan Klebold yang lebih dikenal sebagai ‘pria jangkung yang pemalu’ aktif di sejumlah kegiatan ekstakurikuler, terutama di bidang IT, pernah diskors karena membobol sistem keamanan komputer sekolah demi mendapatkan password loker para murid untuk balas dendam. Sisi kekerasan pada dirinya mulai terlihat semenjak peristiwa pembobolan tersebut, disusul dengan beberapa tindakan di luar sekolah bersama Eric. Nama virtualnya adalah ‘V’ yang merupakan singkatan dari VoDKa, yang juga bergabung dalam situs game online bersama Eric.
Isi jurnal Dylan Klebold
Pada beberapa bulan sebelum tragedi penembakan, Eric dan Dylan sempat bekerja di restoran ‘Blackjack Pizza’ dan mulai membuat beberapa kekacauan seperti mengujicobakan bom pipa buatan mereka yang informasi pembuatannya didapat dari internet hingga menimbulkan kebakaran di dapur restoran. Dari pekerjaan tersebut jugalah mereka mendapatkan akses untuk membeli senjata melalui rekan kerjanya yang sudah dewasa (karena Undang-Undang Persenjataan di Colorado memberikan batas umur 21 tahun untuk pembelian senjata, sementara itu keduanya belum cukup umur), yaitu melalui Mark Manes dibantu oleh Philip Duran dan teman sekolah Dylan yang sempat dikencaninya, yaitu Robyn K. Anderson. Senjata yang dibeli adalah jenis semi-otomatis TEC-DC9 dan setelah mendapatkan senjata tersebut (2 minggu sebelum penembakan) mereka membuat video latihan menembak yang berlokasi di ‘Rampart Range’. Dalam video yang direkam pada bulan Maret 1999, mereka berlatih dengan Mark dan temannya yang bernama Jessica Miklich yang kemudian dipertontonkan kepada teman sekolah sekaligus rekan kerjanya di restoran pizza, Nathan Dykeman. Dalam video tersebut terlihat Eric dan Dylan yang sedang berlatih menembak dengan pin-pin bowling dan pohon-pohon pinus sebagai sasaran dan mereka tampak sangat menikmati hal itu, terutama ketika tembakan mereka mengenai sasaran.
Sejumlah murid menceriterakan dalam beberapa kesempatan Harris dan Klebold membual akan membalas dendam secara besar-besaran di sekolah tersebut, karena merasa diejek dan dianggap orang buangan (Trench Coat Mafia outcasts). Sebuah proyek video sebagai tugas dari sekolah yang dibuat kedua anak ini memperlihatkan bagaimana mereka berjalan di koridor sekolah sambil memegang senjata, membunuh siapa saja yang menghalangi jalan mereka. Mereka sangat kecewa ketika guru tidak membolehkan video yang berjudul ‘Hitmen for Hire’ tersebut diperlihatkan pada murid-murid lain karena kekerasan yang ditampilkan.
Tanda-tanda peringatan lain adalah ketika bulan September 1998 Harris dan Klebold (bersama Brooks Brown) mengikuti Creative Writing class (Kelas Menulis Kreatif) dengan Ms Judith Kelly sebagai guru pembimbing. Dalam salah satu tulisannya Klebold membuat cerita tentang seorang pria yang datang ke sebuah kota dan membunuh semua anak-anak populer. Ketika Ms Kelly melaporkan tulisan tersebut pada orang tua Klebold, ia berkilah pada orang tuanya bahwa itu hanyalah cerita belaka. Sedangkan Harris dikenal dengan tema-tema kekerasan dalam tulisannya, seperti Nazisme, dan lain-lain. Banyak guru di sekolah itu menggambarkan kedua anak muda itu mengalami depresi, kemarahan, dan merupakan pengagum Nazisme. Dalam benak beberapa guru, Harris dan Klebold telah menunjukkan tanda-tanda yang mulai mengganggu dari kecenderungan mereka akan kekerasan, dan guru-guru ini telah mengungkapkan kepeduliannya. Namun, tidak ada tindakan yang diambil, karena pada kenyataannya mereka tidak melakukan apa-apa untuk mewujudkan gejolaknya itu.
Berlawanan dengan kepedulian yang semakin meningkat dari para guru, pihak keluarga Harris dan Klebold mengklaim tidak pernah diinformasikan tentang masalah perilaku anak mereka. Kurangnya komunikasi antara pembimbing khusus anak-anak, petugas-petugas atau guru-guru dan orang tua memungkinkan Eric Harris dan Dylan Klebold menemukan sendiri dunia yang paling dekat dengan mereka, sehingga secara sembunyi-sembunyi merencanakan suatu cara untuk memenuhi fantasi-fantasi kekerasan dan kemarahan mereka.
Sabtu, 06 Desember 2008
COLUMBINE HIGH SCHOOL MASSACRE (Part 1)
Walaupun bodi udah soak, tapi saya susah yang namanya meninggalkan sifat perfeksionis saya. Atau bahasa kerennya yang penuh idealisme. You know what, ketika hari Rabu, 26 November 2008 UTS berakhir, saya harus ‘meliburkan diri’ selama 4 hari sampai Minggu, 30 November 2008. Nah, selama 4 hari tsb (walaupun tidak terlalu memforsir diri) saya kembali berkutat dgn tugas2 kuliah yang tertunda pengerjaannya selama UTS berlangsung. Saya memiliki target ingin menyelesaikan paper Sosiologi saya yang bertemakan masalah sosial. Karena idealisme itulah, saya nyaris mengganti judul dan terseok-seok dalam pengerjaannya walau akhirnya semangat idealisme saya mengalahkan rasa malas yang mendera. Walaupun cuma makalah yang tebalnya minimal 10 halaman, tapi saya tidak ingin asal2an membuatnya. Dalam studi kasus kecil2an a la saya, saya membutuhkan 5 hari untuk benar2 memahami inti persoalan dari tema paper saya. Dan selama 5 hari itu pula saya berkutat dengan laptop Acer saya yang setia menjadi sarana pengerjaannya. Walhasil dari 10 halaman minimal yang ditetapkan dosen, berkat semangat idealisme tsb paper saya melar jadi 30 halaman! Bukan apa2, saya tidak berusaha berlebih2an untuk show off, pamer2 gitu. Tapi saya sangat terlibat secara personal dengan kasus yang dibahas dalam paper saya. Kasusnya adalah mengenai tragedi penembakan di SMA Columbine yang terjadi pada 20 April 1999. Dalam paper, saya turut menyertakan banyak foto dan gambar sebagai ilustrasi sebagai pelengkap. Untungnya dosen setuju ketika saya sudah ancang2 untuk minta izin sebelumnya, jadi saya merasa lebih leluasa dalam proses pengerjaannya. Dan kalau ditiadakan, malah papernya akan terasa hambar ketika dibaca dan tidak ‘menjiwai’ kasusnya.
Well, alasan saya memilih Tragedi Columbine tsb sebagai kasus untuk diteliti dalam paper saya adalah suatu kebetulan. Saya lupa kapan persisnya, tapi kira2 sebulan sebelumnya pada suatu siang sepulang kuliah ketika saya menonton Metro TV, saya menonton tayangan tragedi tsb. Hanya sekilas memang, but somehow, saya terus terngiang2 akan hal tsb. Tragedi tsb begitu terpatri dalm pikiran saya. Sebenarnya seminggu setelah menonton tayangan tsb saya mulai iseng mencarinya di internet. Memang masih belum serius, tapi semakin meyakinkan saya untuk menjadikannya sebagai bahan paper saya. Apalagi setelah saya ngeh bahwa tanggal peristiwa tsb bertepatan dgn ulang tahun saya. Sungguh ironis, ketika saya sedang berbahagia di hari ulang tahun (saat itu saya baru menginjak 9 tahun, belum cukup aware dan paham dgn situasi yg sedang berlangsung di dunia), tetapi di belahan dunia lain, apalagi tragedi tsb terjadi di Amerika yg notabene negara maju dalam segala hal, sedang terjadi moment berkabung nasional. Banyak nyawa yang melayang dan terluka parah dalam peristiwa tersebut. Banyak orang tua, teman, sahabat, saudara yang kehilangan. Apalagi ketika saya mulai menyeriusinya dengan mengunduh beberapa video di Youtube.com sebagai pelengkap studi kasus. Yang membuat saya semakin amazed adalah ketika dalam beberapa video tsb terdapat bukti asli peristiwa berupa rekaman CCTV kafetaria sekolah dan rekaman suara percakapan telepon saksi mata yang selamat dengan operator 911 dan sudah cukup menggambarkan kengerian yang terjadi pada saya. Ditambah lagi dengan foto2 dari FBI files yang semakin menguatkan kekacauan dan kerusakan yang ditimbulkan peristiwa tsb. God’s heaven…saya tak bisa membayangkan apa jadinya jika saya jadi salah satu korban peristiwa tsb. Sungguh kejadian yang hingga saat ini pun masih dipertanyakan banyak orang, karena pelakunya masih begitu muda dan memiliki citra sebagi anak baik2 di lingkungan rumah maupun di sekolahnya, yaitu Columbine High School. Ya, pelakunya tak lain adalah kedua siswa dari sekolah itu sendiri. Oleh sebab itulah, saya tertarik untuk menggali apa yang jadi motif mereka dan latar belakang kehidupannya. Dan tergolong pada masalah sosial jenis apakah perbuatan mereka tsb. Dan yang terpenting adalah solusi dari peristiwa tsb.
Sebagai ilustrasi pengantar sebelum membaca tulisan lengkap saya, ada baiknya mengklik link di bawah ini terlebih dahulu untuk menonton beberapa videonya:
Kamis, 04 Desember 2008
IDEALISME & BODI SOAK
Nah, itulah alasan mengapa akhirnya saya jadi a bit exaggerated, pulang kemalaman dan ketika sampai rumahpun saya seperti kesetanan ingin terus menjajal gerakan2 yang baru saja dipelajari. Mengingat-ingat dan memperlancarnya. Padahal bisa saja dilakukan besoknya, tapi namanya lagi semangat2nya, pengen langsung dipraktekin,hehehe… itulah bandelnya saya, jiwa masih membara tapi tubuh ini sebenarnya sudah protes ingin istirahat. Memang saya akui saya sering tidak aware akan signal2 yang diberikan tubuh saya ketika sudah mencapai titik klimaksnya alias sudah waktunya istirahat dan tidak lagi diforsir. Walhasil ketika terbangun di Minggu pagi, saya kembali merasakan serangan otot2 yang kaku karena kelelahan dan sensasinya seperti tulang2 mau copot semua. Ditambah saya terlalu memforsir belajar karena besoknya, Senin, 17 November 2008, adalah hari pertama UTS. Pada Senin pagi, saya masih merasakan badan yang kaku dan pegal2, tapi saya anggap biasa karena memang biasanya seperti itu dan esoknya rasa kaku itu akan berkurang dan hilang dengan sendirinya. Tapi emang dasar tubuh lagi gak fit, ternyata pada hari Senin itu saya mulai megalami demam disertai nyeri persendian. Pada saat itu saya tidak terlalu mempedulikan demam tsb dan hanya menghandlenya dgn obat demam biasa. Kebetulan memang tidak terlalu terasa karena saya disibukkan dgn UTS, termasuk belajar kelompok dgn teman2. tapi setelah mencapai hari ketiga, bukannya merasa membaik demamnya malah bertambah parah. Obat demam yang saya konsumsi sudah tidak mempan lagi. Dalam hati kecil saya merasakan there’s something wrong with my body, tapi saya keukeuh cuek akan hal itu karena terlalu terfokus pada UTS. Akhirnya gara2 demam yang tak kunjung sembuh berpengaruh pada kinerja saya saat mengerjakan soal2 UTS. Untungnya tidak semua nilai anjlok, hanya saja saya khawatir dengan beberapa nilai mata kuliah yang saya rasa kurang maksimal pengerjaannya. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan salah seorang tante saya saat demam saya mencapai klimaksnya, pada hari Jumat, 21 November 2008 saya pergi ke dokter umum. Sebelum pergi ke dokter saya sempat mengikuti gladi resik wisuda yang akan dilaksanakan esoknya karena saya jadi bagian panitia acara tahunan tsb. Dan setelah diperiksa menyeluruh oleh dokter, saya diwajibkan untuk periksa darah ke laboratorium besoknya dan kontan melarang saya menghadiri acara wisuda yang diprediksikan (emang udah pasti) melelahkan. Lagi2 saya diberi serangkaian obat yang bikin saya bosan. Antibiotik, vitamin dan parasetamol. Tadinya saya malah disuruh beristirahat seminggu penuh oleh dokter, tapi sayang rasanya izin dari UTS yang belum tentu ada susulannya. Toh, tinggal 3 hari tersisa. Saya merasa nanggung dan akhirnya dokter saya waktu itu, Dr. Andri, mengizinkan dengan berbagai persyaratan: begitu beres UTS langsung pulang, obatnya jangan pernah terlewat, makan&minum yang banyak&bergizi, banyak2 istirahat dan jgn ada kegiatan lain yang menguras energi. Kalau sudah seperti itu, saya hanya bisa pasrah dan manut2 saja. Terlebih lagi ketika cek darah ke lab, ternyata saya positif demam berdarah. Bedanya dalam kasus saya belum terlalu parah. Artinya, virusnya sudah menginfeksi tubuh saya, beruntungnya belum menyerang bagian pembuluh darah saya hingga pecah2. namun yang mengkhawatirkan adalah jumlah trombosit saya yang terus berkurang setengahnya dalam interval 2 hari. Lelah rasanya menjalani UTS dengan demam dan nyeri persendian yang tak kunjung sembuh, berjuang setiap pagi untuk mengatasi rasa pusing dan mual yang mendera demi pergi ke kampus. Juga kedua tangan saya yang terus bergantian ditusuk2 jarum suntik untuk diambil darah tiap 2 hari sekali. Sampai2 saya bebal dari rasa ngilu saking terbiasanya dan mbak2 petugas labnya juga hafal dengan saya. Tapi masih untung saya tidak harus dirawat di rumah sakit. Alhamdulillah karena di rumah banyak orang yg turut mengingatkan saya agar disiplin meminum obat dan juga dengan pola makan. Saya juga bersyukur karena dokter yang memeriksa saya sangat perhatian dan terus mengikuti perkembangan kondisi saya. Lucunya, suatu ketika beliau menelepon saya (mungkin saking khawatirnya karena kondisi trombosit saya yang memburuk), beliau sempat salah memanggil nama saya yang tadinya ‘Annissa’ jadi ‘Laura’, hahahahaha…..jauh bgt gitu ya bedanya.
Pada hari terakhir UTS saya kembali cek darah (hemtokrit dan trombosit). Alhamdulillah hasilnya sangat menggembirakan karena jumlah trombosit saya meningkat 2x lipat dan hematokrit saya dalam batas normal! Tapi mungkin karena belum pulih benar saya masih merasakan sedikit pusing. Akhirnya ketika kontrol kembali ke dokter, saya hanya diresepkan vitamin dan tetap diberi wejangan panjang lebar oleh Dr. Andri. Makasih ya, Dok! Sempat ada perasaan bersalah dan menyesal karena lagi2 saya melewatkan banyak event penting:
- Wisuda universitas. Walaupun bapak saya sudah mengirimkan surat keterangan sakit dari dokter pada ketua panitia sebagai bukti, tetap saja saya merasa tidak enak karena sempat mengiktui gladi resiknya dan terkesan sebagai pecundang karena tidak hadir pada hari-H. tapi toh tidak masuk akal yo mosok saya lebih peduli terhadap acara orang lain dibandingkan kesehatan diri sendiri yang jauh lebih penting??
- Batizado grupo Quizumba.memang saya sudah memprediksikan tidak bisa hadir karena nyaris bertepatan dengan UTS. Alhamdulillahnya mereka mengerti. Dita sampai2 membercandai saya ketika saya memberitahunya bahwa bodi saya soak (tubuh saya sedang dalam kondisi kurang baik). Kalau tubuh ini diandaikan sebagai batere, maka kalau soak (rusak) ya tingal beli yang baru. Saya tambahkan ke Dita, sekalian aja belinya ke Electronic City,hahahahahaaa…….
- Batizado grupo Ginga Firme. Lebih2 karena diundang langsung melalui blog saya. Huff, padahal lokasinya di GOR Bulungan. Bulungan kan sudah jadi salah satu tongkrongan tetap saya,heehehe…..
- Batizado grupo Bantus. Apalagi, saya di e-mail langsung undangannya. Lokasinya juga tidak terlalu jauh, di Ancol. Tapi apa daya, saya tidak mau memperparah kondisi saya. Ironisnya lagi, bertepatan juga dengan Trip Pantai Pasir Putih yg diadakan Vadiar cabang Surabaya. Hhuhuhu….ingin nangis rasanya, mana diperparah dengan ajakan persuasif teman2 saya di Surabaya sana yang kerap bikin saya ngiler pengen ikut. Tapi toh mereka mengerti dengan kondisi saya, walau teteup….saya selalu dibayang2i bujukan rayuan maut mereka,hihihihi…..
- Saya masih hutang dengan teman internasional saya, Vojka (baca: Uieka; Wika), yang telah dijanjikan bersama teman2 Vadiar Bogor untuk jalan2 keliling Bogor dan mencicipi kulinernya. I am deeply sorry, Vojka…
Hasil dari sakit yang bertubi2 adalah I lost 5 kg of my weight! Rasanya tidak terlalu mengembirakan karena akibat dari sakit yang bertubi2, walaupun banyak teman2 saya yang iri karena merasa ‘too much fat’ in their body dan ingin seperti saya yang kurusnya langsung drastis. Bayangin aja, celana jeans yang biasa saya pakai tanpa ikat pinggang sekarang harus dibantu ikat pinggang jika saya ingin tetap memakainya. Gak tanggung2, saya harus mengencangkan ikat pinggangnya hingga lubang tersempit! Gimana gak ekstrem coba?! Tapi sisi positifnya adalah saya merasa badan jauh lebih segar dan ringan,hehehheee….. just look at the bright side rather than the dark one. Ntar malah stress jadinya.
Intinya, yang saya rasakan adalah ‘ketidaktahuandiri’ ketika merunut2 mengapa saya bisa sakit seperti ini. Aktivitas yang terlewat padat, beban pikiran yang terlalu banyak karena berkutat dengan idealisme, pola makan&istirahat yang kacau menjadikan tubuh saya ringkih. Saya terlalu berkutat dengan sisi idealisme saya dimana saya merasa ‘okay, I think I can handle all of it’. Dan lebih parahnya lagi, ketika signal2 sudah semakin menguat saya tetap memaksakannya. Itulah yang menyebabkan bodi saya soak. Wew, sejak saat itu saya agak taruma dengan yang namanya jajan dan angin malam. Tapi saya tidak bisa jadi full anak rumahan yang begitu beres kuliah langsung pulang. Mungkin saya akan kembali aktif, tapi bertahap dan tidak langsung diforsir. Begitulah.
Puisi Penyejuk Hati
Aku minta pada Allah setangkai bunga segar…
Tapi…Dia beri aku kaktus berduri…
Aku minta kupu-kupu tapi diberiNya ulat…
Aku sedih dan kecewa…
Tapi aku tetap bersabar
Namun…
Tak lama kemudian kaktus itu berbunga indah sekali…
Dan ulatpun menjadi kupu-kupu yang sangat cantik!
Begitulah cara Allah mengasihi kita : INDAH PADA WAKTUNYA…
Jumat, 28 November 2008
FIXING BROKEN WINGS
On that edition, an article titled ‘The Dad Effect’ written by Claudia Cornwall interested me. Some of researches’s statistics have shown that Dad had a huge influence to their kids in their golden ages. I’ve also read a good quote that said “Fathers who use more diverse vocabulary have a positive impact on their children’s later development.” Honestly that fact made me sad, because I got it not directly from him. I got it from other men who was my mom’s partner, whether her boyfriend(s), her friends, colleagues, or whoever, except my father. For truth, my mom and my father never had a good relationship since I was 5. I often heard they yelled each other, argued, and so on that actually not good for my development as a child. And until finally they were divorced when I was on 3rd grade, I could only remember a little of good memories that I had with him. I also didn’t get a good relationship with him eversince. Sadly I got “Dad’s experiences” when my mom had a relationship with British guy named Lee Drew. He had stayed in Bogor for about 2 years. I had a really good impression when the first time I met him. When I met him on his first arrival to Indonesia in the airport, he was hiding something behind his back and later I knew it was a new edition of barbie (Beach edition) exclusively for me. As a child, I was very excited on that time and it gave me a little bit flashback when I was 5, I’ve asked my father to bought me a barbie that I saw in a toy store. My father only promised me everytime I asked for it, and as I remember, he never completed his promise. Since that time, I always compare between Lee and my father. Somehow, after his arrival, I automatically called him ‘Daddy’. And he also no problem, even glad, with that.
Back again with the reading part, in the article written that many “father” researchers are intrigued by the fact that dads have a different parenting style from moms. Whereas mothers like to soothe and calm down their children, fathers like to excite and stimulate them. Once again, I didn’t get it from my father, but from Lee. During his 2 years stay, he often picked me to some places doing some outdoor activities that stimulate my adrenaline, and also taught me some valuable lessons with his unique style. It was plenty (this word is very British, isn’t it? ^_~) of them so I can’t describe it in details. The most important thing that I’ve learned from him is how to communicate in good British English, whether in writing, speaking, listening, and reading skills. He was there for me in one phase of my golden ages. All of my friends still wondering till now how come that I have an ability to communicate in English very well. The biggest reason is him: Lee.
Oh, one more thing. A 1997 U.S. study by the National Centre for Education Statistics loked at nearly 17,000 students from Kindergarten to Grade 12 and found that there is a payoff when dads participate in activities at school, such as volunteering or attending regular school meetings, parent-teacher conferences and class meetings. The children get more A grades, enjoy school more and take part in more extracurricular activities. Dads boost their children’s school performance in othere ways, too, by reading to them or helping them wih their homework. And Lee really has done those facts to me. We had a lot of great times. I remember two things, a special time for taking care of his parrot named NATO (shorted from No Action Talk Only; because that parrot speaks a lot and a fast-learner bird!) and Strawberry Sundae’s time. Even my mom couldn’t disturb us in those two moments, hahahaha…. It was so fun, because I often got wet and bitten by NATO when I intended to cleaned up his cage and also made my clothes dirty after consumed the Strawberry Sundae. Oh God….I miss all of those old times! Okay, this is one more of important quote: “And girls whose fathers take an interest in what they do are more likely to stick with extracurricular activities such as sports, art, music and reading,” according to a 2004 U.S. study. It really happen to me! Now I’m an active capoeira player and I’ve been a good musician (guitarist) when I was on Junior High. This music interest is most influenced by Charles, another friend of my mom from New Mexico. I learned Spanish, French, and classic guitar from him.
So, the conclusion is I got less from my biologic father. But in fact, it doesn’t really matter to me because I’ve had lots of great times with ‘my other fathers’, even not for a long time. But it was trully brought a big impact to my later development. And now I’m so glad because I feel that my real father intends to fix our relationship. I call it with “Fixing broken wings”.
For addition, I have 3 cousin that experienced the same way with me and happily, they’re also getting back of a good relationship with their fathers after lost it for over 10 years. I just hope this would be an illumination for us and will lead us to a brighter future. Amin. And for you who had a very good relationship with your dad, just keep it up. Celebrate it! Because you’re so lucky to have a good childhood, not like me and my other cousins. Well done then! ^_^
Freeganism; Sebuah Gaya Hidup Alternatif Anti Konsumerisme
Madeline bersama komunitasnya setiap malam mengadakan “trash tour” atau tur sampah di New York. Ketika saya menonton videonya awalnya saya merasa jijik. Bagaimana tidak, komunitas yang disebut freegans itu mengaduk-aduk tempat sampah di halaman belakang sebuah swalayan mencari-cari makanan yang masih layak konsumsi. And you know what, they found a lot! Merekapun tampak senang dengan hasil temuan masing-masing. Kelihatannya seperti baru menemukan harta karun. Ada yang menemukan selusin telur yang masih utuh, sekotak muffin yang layak konsumsi, fruits, vegetables, dsb. Tapi yang mengherankan saya adalah mereka samasekali tidak merasa jijik dan kalau saya perhatikan lagi videonya, memang temuan-temuan tsb dalam kondisi yang utuh dan masih layak konsumsi. Pertanyaan yang menghinggapi kita semua adalah: mengapa kalau masih layak konsumsi lantas dibuang? Nah, jawabannya sungguh konyol. Produk-produk tsb dibuang bukan berdasarkan alasan sudah tidak layak konsumsi karena busuk, atau alasan lainnya yg menyangkut kesehatan konsumen, namun karena alasan estetika. Misalnya saja selusin telur yang ditemukan Madeline. Hanya karena gara2 dalam dus tsb ada satu telur yg pecah, maka keseluruhannya dibuang oleh pihak swalayan. Padahal 11 lainnya masih utuh dan layak konsumsi. Sebegitu parahnya konsumerisme yang menjangkiti sebagian besar masyarakat di AS, sehingga muncullah istilah freeganism.
Freeganism adalah sebuah gaya hidup yang dipilih oleh sekelompok orang untuk menjauhi gaya hidup konsumerisme yang sekarang ini menjangkiti hampir sebagain besar masyarakat dunia, terutama di AS. Mereka berusaha keluar dari sistem sosial yang mengagungkan konsumerisme dan disebrluaskan oleh kaum kapitalis yang UUD alias Ujung-Ujungnya Duit. Freegan adalah sebutan bagi orang yang menganut freeganism. Ketika reporter CNN utk Oprah Wifrew Show, Lisa Ling, berkunjung ke apartemen Madeline, ia terkejut karena hampir sebagian besar barang-barang di apartemennya merupakan barang lama, namun tertata rapih dan dalam kualitas yg layak pakai. Bahkan Madeline sudah 2 tahun tidak membeli baju baru! Ia memutuskan utk menjadi freegan setelah merasa lelah bekerja dgn gaji jutaan dollar dan menemukan kenyataan bahwa ia bekerja keras selama ini utk memperoleh uang yg lebih banyak utk membeli barang lebih banyak. Dan perlahan ia mulai sadar, dgn uang banyak lalu bisa membeli banyak barang bagus, apakah sebenarnya ia benar-benar memerlukan itu semua? Lalu juga terbesit pemikiran bahwa tindakan konsumtifnya tsb hanya menghabis-habiskan sumber daya alam secara sia-sia. “ I would rather not have new clothes every year and not be using up all of the world’s resources, “ katanya. Bayangkan, jika dihitung-hitung, trash tour yg dilakukannya tsb dapat menghemat pengeluaran belanja antara US$100 hingga US$300 atau sekitar Rp 1 – 3 juta!! Lumayan banget kan…
Hal yang sama dialami oleh pasutri Daniel dan Amanda. Mereka memilih freegan lifestyle karena frustasi dgn budaya konsumerisme yg ada saat ini. Daniel bilang mereka hanyalah 5% dari populasi dunia tetapi mengonsumsi 30% dari sumber daya alam yang ada di bumi. Mereka tidak peduli apa kata orang dgn status mereka yg memiliki profesi cukup terpandang. Daniel adalah seorang insinyur dan Amanda adalah seorang dokter umum. Amanda bilang, “ We’d much rather be known as people that dig in trash than people that buy needless things. “ Sebuah pernyataan yang menurut saya cukup masuk akal. “ You have to learn to not get your happiness from things. It’s a pretty easy thing to learn once you try it, “ ungkapnya lagi. Hebat ya, mereka gak gengsi dgn gaya hidup pilihannya itu. Lihat aja fotonya Daniel yang lagi ngaduk-ngaduk tong sampah.
Madeline, Daniel, dan Amanda hanyalah segelintir orang yang berusaha memperjuangkan kelangsungan bumi kita dengan mencoba serangkaian cara simpel dalam hidup mereka dengan stop buying things, consume less and give more. Hidup sesederhana mungkin dan lebih banyak memberi. Kebetulan juga saya sudah 2 tahun belakangan ini secara tidak sadar mulai menghemat pengeluaran utk keperluan yang kurang penting seperti belanja baju, sepatu atau aksesoris lainnya (saya maklum dengan kebiasaan kaum wanita itu gara2 lapar mata)yang ujung2nya hanya akan menuh-menuhin kamar, cuma jadi pajangan dan 5 tahun kemudian*lebaayyyy*baru sadar kalau kita punya ‘sesuatu’ yang terpendam dan berdebu dalam kamar kita. Malah jadinya useless kan. Keuntungan lainnya adalah kamar jadi lebih mudah dibersihkan dan kita jadi lebih mudah menginventarisir barang2 sendiri kalau2 ada yang hilang. Remember, big things started with a small step right? ^_~
Kamis, 27 November 2008
Segway: Kendaraan Alternatif Ramah Lingkungan
Selasa, 11 November 2008
A Lucky Bastard's Improvisation
Just Recovered; Selamat Datang di Hegemoni Mahasiswa
Minggu, 02 November 2008
LINK INFO CAPOEIRA DI INDONESIA
http://www.indo-capoeira.com
http://www.cdoindonesia.com
http://www.quizumbacapoeiraindonesia.com
http://www.senzalabali.com
http://www.senzalaindonesia.com
http://www.capoeira.cc
(sementara ini baru segitu, soalnya masih dalam tahap mengumpulkan informasi dari teman2 capoeirista di seluruh Indonesia. tapi yg paling lengkap ya di link yg pertama, indo-capoeira). Happy browsing!
Warm Regards,
Ninis
P.S: bagi teman2 capoeirista yg membaca n punya info lengkap, bisa via e-mail yah....)
SOME TIPS FOR DOWNLOADING&BROWSING...
1. Download video
- Buka www.youtube.com
- Ketik judul video yg dicari di kotak kosong, klik SEARCH
- Setelah menemukan video yg dicari, klik pada judulnya.
- Buka new window/tab, masuk ke www.keepvid.com
- Copy URL pada Youtube dan Paste ke kotak kosong di keepvid, klik DOWNLOAD
- Akan muncul pilihan flv (low quality) atau M4a video (high quality), tinggal pilih salah satu.
- Utk download, right click truz pilih Save Target Link As
2. Download lagu (MP3)
- Buka www.mp3raid.com /www.mp3-center.org / http://www.4shared.com/ /www.indowebster.com
- Ketik judul lagu&nama penyanyi di kotak pencarian (supaya lebih efisien n cepat aja), klik SEARCH
- Begitu ketemu lagu yg dimaksud, klik Download
- Nanti ada pilihan Download bla..bla...tinggal right click, Save Target Link As....jgn lupa ubah file exstensionnya jadi xxx.mp3
3. Nonton TV Online (khusus channel di Indonesia)
nonton online TV indonesia (13 Channel dan bisa mengakses hampir semua tv nasional yang mengudara)
di http://www.oaken.info/tv-online klik disini atau
bisa juga disini http://indoweb.tv/
beberapa catatan untuk alamat URL dibawah ini tidak menggunakan ( http:// ) dan untuk browser Google chrome sepertinya tidak support, jadi supportnya di mozilla firefox.beberapa alternatif url yang lain diantaranya adalah :
Metro TV mms://202.171.25.216/metro -Windows Media Player
Trans TV mms://202.171.25.216/transtv - Windows Media Player
RCTI rtsp://202.58.181.185/broadcast/rcti - RealPlayer (http://www.real.com/
SCTV rtsp://202.58.181.185/broadcast/sctv - RealPlayer (http://www.real.com/)
Untuk ANTV dan SCTV beserta siaran dunia lainnya bisa juga dinikmati gratis di :
Melalui situs Binus @ccess kita dapat mengakses layanan Bee Watch yang menayangkan siaran televisi Nasional seperti Metro TV,RCTI, SCTV, Trans TV
Bee Watch dapat diakses di:
http://www.binus-access.com/bee-watch/
nb :
catatan untuk http://indoweb.tv dan http://www.oaken.info/tv-online
sumber:
http://alhakim.wordpress.com
http://mdianapriyanto.wordpress.com/2008/10/31/nonton-tv-online-di-internet/4. Cek Status Yahoo Messenger
- Buka www.invisible.ir / www.4invisible.com
- Ketik Yahoo ID yg ingin dicek ke kotak kosong yg disediakan, klik SEARCH
- Kalau hasilnya offline maka yg bersangkutan bnr2 off, tapi klo invisible....wah...berarti bohong tuh, online sih...,tapi pura2 off alias invisible!
AN INTERACTIVE DISCUSSION ON THE 2008 U.S. PRESIDENTIAL ELECTION WITH MS. PAYTON DEEKS
Rupanya kami datang terlalu awal. Padahal segitu dgn 'perjanjian rahasia' kami dgn dosen B.Inggris, yaitu Ms. Iris, supaya kuliah diakhiri 10 menit. Maksudnya biar pas gitu dgn dimulainya acara. Maaf, bpk2, ibu2 dosen, ibu dekan...dan staff2 kampus lainnya, bukannya bermaksud tidak sopan, karena kebetulan kami datang terlalu awal....dan bpk2&ibu2 sekalian lebih memilih duduk di barisan blakang, sooo....kami memutuskan untuk duduk di barisan ketiga dari depan. Ciri2 org yg pengen maju (ini kata Syska), hehehe.... Sebelumnya saya sudah membayangkan, klo dari US Embassy pasti protokolernya lumayan ribet, ditambah dgn pengamanan superketat. Dikawal dgn bodyguard2 yg badannya gede2....ini berdasarkan pengalaman pribadi juga waktu berkunjung ke US Embassy di Jakarta, mau masuk saya dicegat dgn serangkaian pemeriksaan yg amat ketat, mo pindah lantai aja diperiksa lagi loh saking ketatnya! Tapi praduga tsb sirna seketika tiba a young woman with a long hair, wearing a blazer and the blue shirt inside, plus bring a backpack and she walks alone! Wew...betapa kontrasnya mengingat zaman 'kunjungan ke embassy' dulu. Awalnya kerasa banget garingnya suasana di ruangan, ditambah ketika presentasi slide per slidenya ditampilkan dgn begitu cepat sehingga kami, terutama saya, kesulitan mencatat poin2 intinya. Walau begitu jelas sudah sumber utamanya CNN.com, jadi saya yakin keseluruhannya dapat diunduh di situs tsb. Memang sepertinya presentasi tsb sengaja dibuat cepat krn hanya sebagai pengantar diskusi saja. Dan dugaan saya tepat, dari durasi sekitar 3 jam-an, hanya diperlukan skitar 30 menit utk presentasi dan sisanya habis utk sesi tanya-jawab dan mengutarakan pendapat. Yang paling bersemangat bertanya sebenarnya Syska, saya hanya membantunya merangkai kata2 saat berbicara depan mic karena doi nervous bgt, jadi kata2 yg keluar berhamburan layaknya scramble, padahal intinya cuma mo nanya seberapa besar pengaruh krisis ekonomi global terhadap proses pemilu di Amrik. Setelah puas bertanya dan mendapatkan jawaban dari Ms.Deeks, doi gencar memaksa saya untuk bertanya juga sbg 'balas budi' krn saya sudah membantunya. Sebenarnya saya merasa agak kebingungan mau bertanya apa, biasalah....klo sudah seperti itu tiba2 saja suka merasa 'math anxiety'; istilah yg lazim digunakan ketika kita sedang menghadapi ulangan matematika dan kebingungan mo jawab apa! (soalnya otak kita berada dalam kondisi blank) hahaha.... Soalnya selain 'balas budi' itu, doi juga gemas karena mayoritas penanya berasal dari dosen2 senior atau senior2 kami dgn rata2 bhs Inggris yg belepotan, padahal sebelumnya peserta diskusi yg ingin bertanya diberikan 2 opsi, boleh bertanya in English or in Bahasa. Tapi bukan org Indonesia namanya klo gak gengsi yah... buktinya berdasarkan cerita teman dari Paris (she's a native french loh ya), dgn logat Prancisnya yg kental doi cerita ke saya that every year volume turis dari Indonesia ke Paris senantiasa bertambah (walaupun kondisi perekonomian negara lagi morat-marit, tapi teteuup...gak ngaruh kali ya) dan rata2 kalo belanja pasti ke kawasan (aduh, saya lupa namanya!) buitk2 ternama yg org2 sono aja blum tentu mau soalnya emang mahal2!
Waduuhhh....jadi ngelantur nyeritain soal belanja sgala. Lucky, lucky, lucky....or bastard, bastard, bastard....saya mencium kemungkinan nama saya bakal berubah menjadi kedua opsi kata tsb, hehehe...gimana enggak, padahal di barisan belakang udah pada ngantri (kebanyakan senior2 cowok yg aktivis kampus) pada pengen nanya dgn berlomba2 paling tinggi mengacungkan tangan. Saya, yang notabene mengacungkan tangan paling gak bersemangat, super lelet...but finally Pak Ade S. Natawiria selaku moderator memegang prinsip ladies first, ujung2nya sayalah yg dipilih dari sekian penanya yang semuanya cowok dan merasa lebih pantas diberi kesempatan. Dengan ekspresi masih terbengong2, saya maju ke tempat mic dan dgn suara pelan memperkenalkan diri. tapi begitu ke bagian pertanyaan, wuih....rasanya kok ngalir gitu aja malah terkesan kaya ngobrol ya? Hahahaha.... Sebenarnya pertanyaan saya simpel, saya bertanya mengenai kelanjutan program visa lottery yg diselenggarakan US Embassy setelah Presiden AS benar2 berganti ketika usainya pemilihan pada 4 November 2008, dan apakah jika program tsb berlanjut akan diluaskan cakupannya ke bidang pendidikan, karena yang saya tahu program tsb khusus utk visa kerja saja. Padahal banyak sekali remaja2 Indonesia yg berniat&berminat melanjutkan pendidikan tingginya ke Amrik. Yang bikin saya senang sih...
1. Ms. Deeks said that my question is a good one, so she would tell the Embassy to be more considered the program on education. And she promised to contact me if there any further info! (wah, kesempatan bgt, saya langsung promosi blog abis2an plus menyelipkan nomor ponsel saya, hehe...who knows one day it might be works!)
2. Karena English saya lumayan lancar ketika mengajukan pertanyaan (udah kaya ngobrol aja), pandangan2 sirik gara2 gak kebagian kesempatan utk bertanya or awalnya meremehkan krn tampang saya kurang meyakinkan, menjadi lumayan appreciate. (hal ini terbukti ketika acara usai, lumayan banyak org yg tak dikenal atau blm knal, menyalami saya dan juga memberikan nomor poselnya pada saya! Bahkan ada juga beberapa dosen, baik dari fakultas sendiri maupun fakultas lain yang, well....rada narsis juga buat nulis kata ini: 'memuji' saya, dan juga Syska. Kami. Sedikit decak kagum juga sempat kami terima. At least, we have shown that we're deserve to have a chance to ask.
Senang juga karena ternyata keesokan harinya event diskusi tsb muncul di harian Radar Bogor edisi Kamis, 30 Oktober 2008. No wonder sih....soalnya Syska udah aware dgn keberadaan wartawan. Seperti biasa, saya baru sadarnya belakangan. Beberapa hal unik yg menarik perhatian saya selama diskusi adalah:
1. Swing state. Jadi ada lho beberapa negara bagian yg sampai detik ini belum atau memutuskan untuk gak memilih satupun dari kedua calon presiden yang ada!
2. Partai hanya2. Otomatis calonpun hanya ada 2! Ms. Deeks bilang memang ada beberapa partai kecil, tapi budget mereka kalah fantastis untuk ikutan pemilu. Jadi good bye my love deh... Kan lebih enak, cuma ada 2 calon, jadi kita sebagai pemilih bisa membandingkan dgn benar kedua kandidat yg ada. Di Indonesia sendiri saat ini tercatat ada 49 partai!! Bayangkan jika masing2 partai keukeuh menyalonkan kandidatnya sebagai capres, bisa2 modar rakyat Indonesia!! Ya walaupun perkiraan itu berlebihan, at least....paling sedikit berapa sih?? ada kali 5 capres yg bakal maju next year!
3. Pemilihan cawapres. Kalau di Indonesia kan satu paket tuh....kalau di Amrik, dipilihnya setelah udah manteb siapa aja yg jadi capres, lebih fair lah menurut saya.
Huff...yang jelas pada hari itu is a total blast!! What an unforgettable moment bagi saya dan Syska. tentang bagaimana kuliah tidak hanya terpaku di dalam kelas saja, tetapi juga pada prakteknya. Roundtable discussion Pembentukan Pengadilan Tipikor di Daerah, Diskusi Pilplres Amerika,.....what's gonna be the next????